Keanggunan Rumah Gadang yang Bikin Turis Enggan Beranjak!

Sumatra Barat merupakan salah satu primadona pariwisata Indonesia, pelancong mana yang tidak terlena dengan keelokan destinasi wisata, kesenian, keragaman budaya dan kuliner yang mendunia. Nah, diantara jutaan pesona, ada satu hal iconic dari ranah Minangkabau ini yang anggun di pandang mata – that’s… Rumah Gadang. Sejak pertama kali tinggal diranah Minangkabau sebagai perantau hingga sekarang saya memiliki prespektif berbeda dalam memandang Rumah Gadang. Bagi masyarakat asli Minangkabau mungkin rumah ini terasa biasa saja, lumrah dan mungkin tak ada yang istimewa, namun dari sudut pandang saya Rumah Gadang memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri yang memancarkan keanggunan, mencerminkan kearifan lokal bahkan mampu membuat sobat terheran-heran, Beta sandiri so cinta mati sampe-sampe menjadi fans beratnya dan terobsesi banget untuk memiliki Rumah Gadang suatu hari nanti – tapi kalo bisa secepatnya hahaaa… aminnn (sorry curhat) :D.

Nah sob, jadi si Rumah Gadang ini adalah rumah adat asli masyarakat Minangkabau Sumatra Barat. Rumah Gadang memiliki ciri-ciri yang sangat unik dan mudah dikenali di banding rumah lain pada umumnya. Rumah adat ini memiliki atap yang lancip dan simetris menyerupai tanduk kerbau dengan bahan dasar yang bervariasi, ada yang menggunakan ijuk, multiroof hingga seng, penggunaan material tersebut bertujuan agar atap mudah dibentuk mengikuti alur rangka atap yang melengkung-lengkung. Jika sobat pernah merasa heran mengapa bentuk atapnya demikian, maka ada pemahaman sederhana yang dapat sobat cerna, menurut kepercayaan masyarakat Minangkabau (Minang) bentuk atap rumah adat Minang merupakan manifestasi dari penamaan Minangkabau itu sendiri yang berasal dari dua kata yaitu Minang yang berarti Menang dan Kabau yang berarti Kerbau. Secara harfiah Rumah Gadang berarti Rumah Besar (Gadang), meski demikian tidak semua Rumah Gadang yang bisa sobat jumpai di Sumatra Barat berukuran besar dan megah. Penyebutan Rumah Gadang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

Berdasarkan suku yang menggunakannya;

  • Laras (Lareh) Koto Piliang
  • Laras (Lareh) Bodi Chaniago

Tipe bangunannya;

  • Rajo Babandiang, karakter umumnya adalah memiliki anjungan dengan lantai yang lebih tinggi di sisi kanan dan kirinya. Tipe Rumah Gadang ini disebut juga dengan Lareh Koto Piliang
  • Gajah Maharam, tidak memiliki anjungan di sisi kanan dan kirinya, dan beberapa tipe rumah ini memiliki ‘topi’ pada bagian kanan dan kiri bawah atap gonjongnya. Tipe Rumah Gadang ini disebut juga dengan Lareh Bodi Chaniago
  • Rumah Gadang dengan anjungan serambi kanan, rumah dengan tipe ini banyak dijumpai di Kabupaten Solok Selatan

Dan Berdasarkan jumlah ruangnya – ruang pada Rumah Gadang lazimnya berjumlah ganjil, mulai dari 3 ruang, 5 ruang, hingga yang belasan ruang yang saat ini sudah sulit ditemui.

Secara tradisional Rumah Gadang terbuat dari kayu – umumnya memakai kayu surian, di halaman depannya biasa dilengkapi dengan Rangkiang yang berfungsi sebagai lumbung padi, Rangkiang sendiri masih terdiri dari beberapa jenis lagi dikarenakan memiliki beragam fungsi alokasi stok bahan pangan. Meskipun secara tradisionalnya terbuat dari kayu, namun saat ini sobat dapat menjumpai banyak bangunan Rumah Gadang berdinding semen dengan rangka beton. Adapun beberapa keunikan yang penulis jumpai dari Rumah Gadang ini diantaranya:

  • Tidak ada toilet atau kamar mandi di Rumah Gadang
  • Terdapat bak air sebelum tangga naik Rumah Gadang
  • Rangka bangunan terhubung satu sama lain tanpa menggunakan paku
  • Dindingnya miring
  • Tiap ukiran punya makna, desain ukirannya diadopsi dari bentuk tetumbuhan dan hewan
  • Pembangunan rumah gadang lama oleh proses ukirnya
  • Pondasinya hanya batu sandi
  • Atap ijuk semakin di tumbuhi semakin kuat

Dan masih banyak lagi. Tapi perlu dicatat bahwa tidak semua keunikan tersebut ada di setiap Rumah Gadang, karena ada penyesuaian masyarakat Minang terhadap budget pembangunan, sifat tanah dan iklim, asas fungsi bangunan, dan alasan sosial dan teknis lainnya.

OK deh… singkat saja deskripsi saya soal seluk beluk Rumah Gadang, detailnya bisa sobat peroleh dari publikasi-publikasi penelitian yang sudah banyak bertebaran di internet 😀 Nah, sekarang saatnya saya mengajak Sobat Magnificent Indonesia untuk ‘cuci mata’ melirik keanggunan Rumah Gadang di beberapa spot sekitar Tanah Datar, Padangpanjang, Agam, Bukittinggi dan sekitarnya. Let’s Goooo

Rumah Tinggal

IMG_20150507_104147

Rumah Gadang di Nagari Gunuang Padangpanjang I

IMG_20150507_103314

Rumah Gadang di Nagari Gunuang Padangpanjang II

IMG_20150507_104319

Rumah Gadang di Nagari Gunuang Padangpanjang III, rumah yang ini khusus difungsikan sebagai balai adat (Balairung)

IMG_20150507_104607

Rumah Gadang di Nagari Gunuang Padangpanjang III, rumah yang ini khusus difungsikan sebagai balai adat (Balairung)

IMG_20150507_104855

Rumah Gadang di Nagari Gunuang Padangpanjang IV

IMG_20150507_103736

Rumah Gadang di Nagari Gunuang Padangpanjang V

IMG_20150507_103926

Rumah Gadang di Nagari Gunuang Padangpanjang VI

IMG_20150507_111734

Rumah Gadang di Nagari Gunuang Padangpanjang VII

IMG_20150507_111454

Rumah Gadang tua di Nagari Gunuang Padangpanjang VIII

IMG_20140620_144910

Rumah Gadang di Kota Padangpanjang I

IMG_20140620_144959

Rumah Gadang di Kota Padangpanjang II

IMG_20150506_100007

Rumah Gadang di Simpang Buki’ Agam I

Jpeg

Rumah Gadang di Simpang Buki’ Agam

P_20160810_121629_PN

Rumah Gadang tua di Simpang Buki’ Agam II

IMG_20140625_065250

Rumah Gadang tua Tipe Gajah Maharam di Pincuran Tinggi X Koto Tanah Datar

Jpeg

Rumah Gadang Amai Tanam (tipe Rajo Babandiang) di Kota Padangpanjang III, rumah ini disewakan juga sebagai penginapan sob, lokasinya tepat di belakang kampus Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Jpeg

View ukiran Rumah Gadang Amai Tanam, spot cantik buat foto 😀

Jpeg

View ukiran Rumah Gadang Amai Tanam, spot cantik buat foto 😀

Sub-Bab Khusus: Kawasan Saribu Rumah Gadang

Nah, Kalau bicara soal keluarbiasaan Rumah Gadang, maka kurang afdol rasanya tanpa melirik salah satu Desa Wisata yang identik dengan Rumah Gadangnya ini sob – ini dia Kawasan Saribu Rumah Gadang, berlokasi di Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan. Sesuai dengan namanya di kawasan ini memang terdapat ratusan rumah gadang yang tersebar di seluruh Nagari, beberapa diantaranya telah berusia ratusan tahun. Model Rumah Gadang di Kabupaten Solok Selatan termasuk Nagari ini memiliki model yang sedikit berbeda dengan Rumah Gadang lain yang ada di ranah Minang, keunikannya terletak pada anjungan surambinya yang berat ke sisi kanan rumah.

Jika sobat berwisata kesini dalam rombongan, sobat tak perlu khawatir dengan penginapan atau hotel, karena sebagian besar penduduk desa adat ini juga membuka Rumah Gadangnya sebagai tempat penginapan. Sungguh bakalan jadi pengalaman yang tak terlupakan bagi sobat bisa merasakan langsung bagaimana tinggal di rumah gadang, berbincang-bincang langsung dengan pemilik rumah soal sejarah, adat dan budaya Nagari dan Minangkabau. Next… Tidak perlu risau pula soal makan, karena biasanya penginapan ditawarkan satu paket dengan sajian makanan dengan resep desa khaaassss Minangkabau.

Masih soal jumlah rumahnya yang banyak sob, pada 3 Agustus 2016 Nagari ini dianugerahi penghargaan Rekor Dunia oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Kawasan yang memiliki Rumah Gadang dengan Jumlah Terbanyak sob. Wawww, Sungguh luar biasanya. Semoga atas prestasi tersebut masyarakat adat Nagari ini terus termotivasi untuk melestarikan  dan membangun Rumah Gadang.

minangtourism.com1

Branding Desa Wisata di jalan utama Kawasan Saribu Rumah Gadang (pict.source: minangtourism.com)

FB Wisata Indonesia

View atas I Nagari Kawasan Saribu Rumah Gadang (pict.source: FB-wisata indonesia)

13495673_1336116376405236_2056333664482193280_o

View atas II Nagari Kawasan Saribu Rumah Gadang (pict.source: FB-solok selatan INFO)

13937901_1365465726803634_8376227140437258326_o

Piagam Penghargaan dari Museum Rekor Indonesia sebagai penyandang Rekor Kawasan yang Memiliki Rumah Gadang dengan Jumlah Terbanyak (pict.source: FB-solok selatan INFO)

Diatas langit masih ada langit, diatas unik masih ada unik. Dan ini dia satu lagi Kawasan Rumah Gadang yang unik tiada tara sob, yang pasti nyessssel banget deh kalo sampe dilewatkan, yaitu Nagari Abai Kecamatan Sangir Batanghari Kabupaten Solok Selatan. Lokasinya berjarak sekitar 1.5-2 jam perjalanan ke arah timur dari Kawasan Saribu Rumah Gadang, sepanjang perjalanan ke Nagari ini mata sobat dijamin segar dipukau oleh keelokan alam Kabupaten Solok Selatan di kanan dan kiri sobat.

Jumlah Rumah Gadang di Nagari ini memang tak sebanyak yang ada di Nagari Koto Baru sob, namun yang membuat jutaan wisatawan penasaran dari Nagari ini adalah Panjangnya ukuran rumah-rumah gadang yang tak lazim, dimana satu diantaranya memegang Rekor Dunia sebagai Rumah Gadang terpanjang di Dunia. Rekor tersebut dianugerahi MURI bersamaan dengan dua Rekor lainnya yaitu (1) Kawasan yang memiliki Rumah Gadang dengan Jumlah Terbanyak dan (2) Memasak Pangek Pisang dengan Peserta Terbanyak – pada acara pesta rakyat bertajuk “Rang Solok Selatan Baralek Gadang” yang digelar Pemerintah Kabupaten Solok Selatan pada 3 hingga 17 Agustus 2016 lalu. Rumah Gadang ini memilki 21 Ruang, 15 Gonjong dengan panjang 95 meter, dibangun pada 1972 hingga tahun 1975.

imgrum.com @TRAVELLINGSOLOKSELATAN

View atas menunjukan perbandingan ukuran Rumah Gadang Terpanjang ini dengan rumah-rumah lain di sekitarnya (pict.source: imgrum.com-@travellingsolokselatan)

okezone.com

Bagian depan rumah (pict.source: okezone.com)

Rumah gadang terpanjang di dunia yang mengalami kerusakan.

Bagian belakang rumah yang rusak parah, karena tidak adanya penghuni dan pemeliharaan (pict.source: FB-seputar solok selatan)

13914041_1365465730136967_6618866028158703144_o

Piagam Penghargaan dari Museum Rekor Indonesia sebagai penyandang Rekor Rumah Gadang Terpanjang di Dunia (pict.source: FB-solok selatan INFO)

And here is the world most incredible Rumah Gadang, (klik link untuk lihat videonya) Continue reading

Candi Penataran | Jelajah Candi II

Untuk cakupan wilayah Indonesia, Candi Borobudur dan Candi Prambanan merupakan candi yang kita kenal paling besar dan populer. Tapi tahukah sobat – untuk selevel Provinsi – ada candi terbesar di Provinsi Jawa Timur?. Nah… pada post kali ini saya ingin menawarkan satu lagi the most recommended wisata edukatif dan rekreatif yang dapat menjadi pilihan tepat bagi sobat pecinta pariwisata Indonesia maupun penggila sejarah yaitu Candi Penataran.

Candi penataran terletak di Desa Penataran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar, tepatnya di lereng sebelah Barat Daya Gunung Kelud, atau sebelah utara kota Blitar, letak kecamatannya berdekatan dengan perbatasan Kabupaten Kediri-Kabupaten Blitar. Bagi sobat yang masih awam soal Kabupaten Blitar, sobat harus sedikit teliti untuk mencapai ‘TKP’ karena rambu petunjuknya tidak begitu banyak, adapun sebagian rambu sudah tidak tampak jelas karena memudar, namun keberadaan candi sangat familiar bagi masyarakat Kabupaten Blitar sehingga sobat bisa bertanya tanpa risau tersesat. Untuk transportasi kita bisa menggunakan bus, mobil pribadi, ataupun motor. Kawasan wisata Candi Penataran beroprasi setiap hari, mulai dari pukul 07.00 a.m.– 17.00 p.m., dan kita hanya perlu ‘berkorban’ Rp.2.000 untuk tiket masuk kawasan wisata candi dan jasa parkir Rp.2.000. Selain itu, hamparan pesona alam, perkebunan dan pesawahan sepanjang perjalan akan memanjakan mata dan pikiran Sobat. Candi ini ramai dikunjungi terutama pada akhir pekan.

IMG_6106

Halaman utama komplek candi penataran

In addition, pada kecamatan yang sama masih terdapat banyak destinasi wisata lainnya, diantaranya makam Presiden Indonesia Pertama Ir. Soekarno, Museum Penataran, Waterpark, Loka Karsa dan candi-candi kecil lainnya bertebaran di sekitar kecamatan yang sama yang konon masih memiliki pertalian dengan Candi Penataran. Agak jauh – sekitar 25 menit perjalanan motor kearah hulu Kelud sobat juga dapat berkunjung ke bukit panorama yang dikenal dengan nama Bukit Teletubies, namun khusus untuk menuju ke Bukit Teletubies Sobat disarankan untuk mengendarai motor karena medan yang ditempuh pasca pintu masuk adalah tanjakan curam berliku, sempit, licin dan jalannya masih berupa tanah basah bertepikan jurang. Untuk memudahkan sobat mengenal lebih jauh kompleks percandian Penataran, berikut saya sertai kutipan informatif sejarah dan deskripsi umum candi.

Deskripsi

Candi Penataran merupakan sebuah komplek percandian, dimana terdapat berbagai candi dalam satu komplek diantaranya Candi Candra Sengkala, Candi Naga, dan yang terbesar yaitu candi utama atau candi induk yang terletak di bagian belakang.

Dikutip dari publikasi wikipedia – Candi Penataran ini juga disebut dengan Candi “Palah” sebagaimana disebutkan dalam kitab Desawarnana/ Nagarakretagama yang ditulis pada tahun 1365, dan pernah dikunjungi Raja Hayam Wuruk dalam perjalanan Kerajaan bertamasya keliling Jawa Timur.

Keberadaan kompleks percandian ini pertama kali dilaporkan oleh Sir Thomas Stamford Raffles dalam History of Java dimana disebutkan pada tahun 1815 Dr. Horsfield menemukan reruntuhan candi Hindu (siwastis) di Penataran. Dari sisa-sisa stuktur dan artefak yang ada dilingkungan candi, kompleks candi ini terdiri dari beberapa bangunan yang pendiriannya diperkirakan tidak dilakukan secara serentak, melainkan bertahap dalam kurun waktu yang relatif panjang, diperkirakan kompleks candi ini dibangun mulai abad ke XII Masehi sampai abad ke XV Masehi. Dengan demikian kompleks Candi Penataran telah dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan Kadiri dan  terus dilanjutkan pada masa pemerintahan Kerajaan Singasari dan berakhir pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit.

Kompleks Candi Penataran memiliki tiga halaman, diantaranya:

Halaman 1

Untuk memasuki halaman 1 melewati pintu gerbang Candi Bentar yang dikanan kirinya terdapat Arca Dwarapala berangka tahun 1242 Saka/ 1330 Masehi. Dalam halaman ini terdapat enam buah bangunan. Disisi kiri menjorok ke luar terdapat sebuah batu besar yang biasa disebut Bale Agung, berbahan Batu Andesit, berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 39 m x 16.5 m, membujur Utara-Selatan.

Dibagian tengah sudut Selatan Bale Agung terdapat lantai/ batur rendah terbuat dari batu andesit, berdenah bujur sangkar dengan ukuran 8 m x 8 m, dibagian atasnya terdapat umpak/ menara.

Di belakang lantai/ batur rendah ini terdapat batur pendopo dengan denah empat persegi berukuran 28 m  x 10 m dan tinggi 1.5 m, membujur Utara-Selatan. Di sebelah Selatan Batur pendopo terdapat jalan  setapak  yang menghubungkan halaman I dengan halaman II. Diseberang jalan setapak ada 3 miniatur candi dari bahan batu andesit berukuran 1 m x 1 m.

Di belakang batur pendopo ada sebuah lantai/ batur rendah berukuran 5 m x 5 m berdenah empat persegi dan berbahan batu andesit. Di atas lantai rendah terdapat umpak-umpak. Di belakang sudut selatan lantai rendah ini terdapat Candi Candra Sengkala. Bangunan candi berangka tahun 1291 Saka/ 1369 Masehi ini berdenah segi empat, berbahan batu andesit dan berukuran 6.5 m x 5 m dengan tinggi 9.5 m. Candi Candra Sengkala/ Candrasengkala juga dikenal sebagai Candi Brawijaya oleh masyarakat Jawa Timur, sebutan ini merujuk ke Kodam V Brawijaya yang bermaskot Candi Candra Sengkala.

Di sebelah Utara Candi Candra Sengkala terdapat lantai rendah dengan denah segi empat berukuran 7.5 m x 4.5 m.

IMG_6099

Arca Dwarapala di pintu masuk komplek

IMG_6116

Bale Agung dengan Arca Mahakala sebagai penjaga di kedua sisi tangga naik

IMG_6110

Umpak Watu di sebelah Bale Agung

IMG_6121

Batur Pendopo

IMG_6120

View relief pada Batur Pendopo

IMG_6143

Candi Candra Sengkala

IMG_6137

Arca Ganesha di relung Candi Candra Sengkala

IMG_6297

Miniatur Candi

IMG_6092

View Halaman I komplek Candi Penataran

IMG_6088

View Candi Candra Sengkala menghadap agak ke Barat dengan dua arca Dwarapala di sisi kiri, batur rendah di sisi kanan dan depannya, serta batur andesit di belakang candi (Halaman II)

Halaman 2

Tampaknya dulu halaman I dan halaman II dihubungkan dengan sebuah gapura yang terletak di sebelah Selatan Candi Candra Sengkala. Halaman II ini dahulunya dibagi dua oleh tembok yang membujur arah Timur-Barat. Di ruang sebelah Utara, tepatnya sudut Utara gapura halaman II terdapat sebuah batur dengan denah segi empat berbahan batu andesit dengan ukuran 13 m x 4 m membujur Utara-Selatan.

Di belakang batur ini terdapat Candi Naga dengan denah segi empat berbahan batu andesit dan berukuran 9 m x 6.5 m dengan tinggi 4.5 m.

Disebelah Utara Candi Naga terdapat sebuah batur berbahan batu andesit dengan denah bujur sangkar berukuran 2 m x 2 m. Di Utaranya masih terdapat sebuah batur lagi yang sama, tetapi pada sisi Selatan denah menonjol keluar dengan ukuran 4 m x 4 m. Di bawahnya terdapat lapik arca dan sebuah arca yang belum selesai.

Di Selatan Candi Naga terdapat sebuah lantai rendah berdenah bujur sangkar berbahan batu andesit dengan berukuran 3 m x 3 m. Di sebelah Selatan lantai ini terdapat jalan setapak yang menghubungkan halaman II dengan halaman III. Di sebelah Selatan jalan setapak terdapat pula lantai/batur rendah berdenah bujur sangkar, berukuran 3 m x 3 m, dan berbahan batu andesit.

IMG_6153

Candi Naga

IMG_6164

View relief candi yang diperkirakan merupakan sosok para dewa, sedang memegang lonceng sambil menopang naga yang melilit candi di atasnya

IMG_6156

Sesajen di relung Candi Naga

IMG_6162

Arca Mahakala di sisi kiri tangga naik Candi Naga

IMG_6266

View sisi belakang dan batur rendah di sisi kanan dan kiri Candi Naga

IMG_6265

Arca di atas batur rendah yang belum selesai di sisi utara Candi Naga

Halaman 3

Kedua halaman ini dipisahkan oleh gapura, disebelah kanan gapura terdapat tiga bangunan kecil dengan sebuah lantai berdenah segi empat berukuran 10 m x 3 m disisi kirinya membujur arah Utara-Selatan.

Ditengah halaman belakang terdapat Candi Induk dengan denah segi empat berbahan batu andesit berukuran 32.5 m x 29.5 m dengan tinggi 7.2 m membujur arah Barat-Timur. Di samping Candi Induk ada sebuah susunan percobaan perdenahan segi empat berukuran 10 m x 9 m. Di belakang susunan  percobaan terdapat Candi Perwara I berbahan batu andesit, berukuran 3.5 m x 3 m berdenah empat persegi.

Selain bangunan-bangunan tersebut di halaman II masih ada batur kecil di selatan Candi Induk berdenah segi empat berukuran 2.5 m x 2 m. Dibelakangnya terdapat Candi Perwara II dengan  bahan yang sama dengan Candi Perwara I berukuran 3.5 m x 3 m. Masih ada 2 Candi Perwara lainnya yang berdenah segi empat dengan ukuran 3 m x 3 m dan 4 m x 2.5 m.

IMG_6259

Candi Induk Penataran

IMG_6174

Tangga naik sisi kiri Candi Induk dengan pengawalan Arca Mahakala

IMG_6187

Kondisi tubuh arca yang patah, rusak bahkan hilang

IMG_6274

Prasasti Palah di sisi kiri Candi Induk

IMG_6277

Batur rendah di seberang depan kiri Candi Induk

IMG_6274

Prasasti Palah di sisi kiri Candi Induk

IMG_6148

Susunan percobaan perdenahan segi empat

IMG_6182

Candi Perwara, bentuk candi ini masih berupa hasil rekonstruksi

Di sudut belakang sisi Selatan di luar Halaman III merupakan jalan setapak menuju kolam petirtaan terdapat menara sudut dengan denah bujur sangkar berukuran 1.5 m x 1.5 m. Kolam petirtaan berbahan batu bata berdenah segi empat dengan ukuran 6 m x 3 m dan kedalaman 2.5 m. Dari atas bangunan candi utama sobat juga dapat menikmati keindahan alam bagian belakang kompleks candi.

IMG_6221

Area belakang komplek Candi Penataran

Ok guys… ini baru sebatas sejarah dan denah lokasi dari kompleks Candi Penataran, semua informasi ini sesuai adanya dengan yang tertera di papan informasi kompleks candi penataran.

Adapun fungsi dari candi pada zaman dahulu (beberapa masih berlanjut sampai sekarang) salah satunya ialah sebagai tempat pemujaan. Hal ini didasarkan isi prasasti Palah yang menyatakan bahwa raja Srengga (salah seorang Raja Kerajaan Kadiri) sering mengadakan pemujaan di tempat ini, hal ini juga di dukung keterangan dari kitab Nagarakretagama yang menyebutkan bahwa bangunan suci Palah (Penataran) merupakanan bangunan Dharma Ipas yaitu bangunan suci para Rsi Saiwa-Sugata yang didirikan di atas tanah wakaf sebagai tempat pemujaan. Dengan luas tanah ±180 m x 130 m,  yang mana terdiri dari tiga halaman seperti yang telah saya uraikan sebelumnya.

Pada tahun 1995, candi ini diajukan sebagai situs warisan dunia kepada UNESCO dalam daftar tentatifnya. (Wikipedia Candi Penataran, diakses 7 April 2017)

Well guys… sebelum pulang, jangan lupa bawa oleh-oleh. Saya ada satu saran oleh-oleh sederhana khas Penataran berupa cemilan gurih yaitu Kripik Pisang dan Kripik Ubi Candi Penataran, harganya hanya Rp.3.000/bungkus dan isinya banyak, murah bukan?? Jadi sobat bisa borong sebanyak-banyaknya sebagai buah tangan dari Candi Penataran untuk kerabat, sanak saudara atau keluarga di rumah…hehe :D. Bagi sobat yang berminat, sobat dapat membelinya pada warung-warung ‘tempel’ di tepi-tepi lingkungan kompleks candi. Demikian informasi yang bisa saya share dari hasil exploring saya ke kawasan candi terbesar di Jawa Timur ini. Semoga bermanfaat 🙂

IMG_6256

Kripik pisang dan ubi Penataran yang murah meriah 🙂

Photo Spots:

IMG_6140IMG-20170424-WA0064IMG-20170424-WA0063IMG_6214IMG_6250

IMG_6132

Kontributor : Mulia Yusman

Documentation Credit : Habib, Irfan

Editor & Penyunting Akhir : Irwan Sarbeni