Hari ketiga libur lebaran Idul Fitri 1438H/ 28 Juli 2017 Pelabuhan Ulee Lheue nampak semrawut dan luar biasa sibuk, antrian kendaraan terutama mobil pribadi membludak hingga keluar gerbang pelabuhan, para pengendara motor berwajah sangar kepanasan yang berjejal di koridor antrian roda dua sudah bersiap-siap tancap gas untuk menyerobot masuk ke gerbang kapal, antrian pembelian tiket dan ruang tunggu mendadak berubah jadi lautan manusia, sebagian dari mereka ada yang sudah bermalam selama satu sampai dua hari. Ribuan orang yang bejibun di bibir pelabuhan ini rupanya sedang mati-matian antri berjuang masuk ke kapal Ferry kecil yang akan menyebrangkan mereka ke pulau menawan yang telah lama mereka damba-dambakan – rumah bagi pribumi Pintu Sumatera – SABANG.
Hmmmmm… Kasian juga yahh??!.., harus berjibaku di pelabuhan untuk berjejal sesak kembali di dalam kapal selama sekitar 2 jam menuju Pelabuhan Balohan Sabang. Lalu apa ya membuat pelabuhan Ulee Lheue kali ini nampak begitu kusut?. Ternyata terdapat beberapa faktor yang membuat pundak pelabuhan ini untuk kesekian kalinya membungkuk:
1. PASTINYA KARENA PESONA SABANG yang menawan tiada tanding
Hadooohhh… seandainya pesona Sabang dijadikan skripsi, kayanya gak bakalan tuntas 10 Bab deh sob untuk ngungkapin seluruh pesona sampai ke akar-akarnya. Nah, supaya sobat semua punya hipotesa – mengapa Sabang seolah menjadi magnet pariwisata yang mampu menyedot banyak wisatawan setiap harinya – dapat saya gambarkan sebagai berikut:
- UNIK, karena pulau ini merupakan gugusan pulau terluar Indonesia, disini sobat bisa menjelajah hingga ke titik terujung pulaunya dan mencetak sertifikat di kantor Dinas Pariwisata Sabang sebagai bukti bahwa sobat pernah menapaki kaki di ujung Indonesia
- Pelabuhan Bebas (freeport), Kota Sabang merupakan zona ekonomi bebas Indonesia yang memiliki sejarah panjang kepelabuhannya, Sabang dahulu pernah memegang peranan penting dalam jalur pelayaran dunia, sejarah pelabuhan bebas ini pula yang menjadi cikal bakal kota Sabang
- Tiket masuk ke tempat wisatanya murah meriah bahkan banyak pula yang gratis (kemah juga gratis) dan biaya hidup murah
- Varian wisatanya super komplit untuk ukuran pulau sekecil itu. Ada Pantai dan kepulauan (pastinya), taman bawah laut, air terjun, danau, landmark heritage, wisata religi, kuliner dan lain-lain
- Penduduknya ramah-ramah. Titik 🙂
- Sesuai branding pariwisata Aceh, Sabang juga termasuk destinasi Wisata Halal dan sedang dalam upaya penerapannya, jadi sobat tak perlu risau soal kualitas kuliner, tempat singgah, tempat ibadah yang bersih dan nyaman, serta paket wisata halal yang dilakukan melalui pelayanan dan penyajian yang secara Islami dan “value for money”
- Akses Mudah, Sabang dapat dicapai dengan pesawat melalui Bandara Maimun Saleh dan Kapal melalui pelabuhan Balohan. Jalan darat Sabang juga mulus banget sob, dengan jalan ini pula semua sudut pulau Weh bisa diakses. Bagi sobat yang tidak membawa kendaraan, tak perlu khawatir karena banyak warga yang merentalkan motornya, sobat hanya perlu sedikit bertanya dan negosiasi harga, dan jalan-jalan deh. Dan bagi yang tidak mau bersusah payah sobat juga dapat menggunakan jasa ‘becak motor’ yang dapat sobat jumpai sejak di pelabuhan menuju tempat-tempat wisata yang sudah sobat plan.
- Wisata mistis dan religi. Hmmmm… tanpa panjang lebar deh, Sabang ini juga terkenal dengan legenda ‘Putro Ijo’nya dan banyak orang yang tertarik mengungkap misterinya (namun belum ada yang berhasil). Selain itu Sabang juga pernah dihuni oleh 44 aulia yang makamnya tersebar di seluruh penjuru Sabang, sebagian diantaranya belum terungkap keberadaan makamnya
2. Libur panjang lebaran
Menjelang lebaran Idul Fitri, masyarakat Indonesia terutama muslim memiliki tradisi tahunan pulang dari perantauan ke kampung halaman tercinta untuk merayakan hari besar Islam bersama keluarga dan kerabat tercintanya – yang kita sebut dengan “Mudik”, namun demikian mudik ini adalah milik semua kalangan tanpa pandang agama, pekerjaan, umur, dan lain-lain. Siapapun dia, selama masih bergelar bangsa Indonesia yang berada di tanah rantau, maka mudik tetap menjadi bagian dari kehidupannya.
Nah, kalau sudah musim mudik seperti ini, pemudik mana sih yang rela menyia-nyiakan kepulangnya ke kampung halaman tercinta tanpa kegiatan berarti atau istilah kerennya ‘Quality Time’. Sejumlah agenda spesialpun wajib mereka luangkan mulai dari buka bersama keluarga di hari-hari terakhir bulan Ramadhan, Ziarah ke makam orang tua, Takbiran, Shalat Ied hingga Silaturahmi ke seluruh tetangga, kerabat dan sanak saudara, bagi-bagi Tunjangan Hari Raya (THR) dan masih banyak lagi agenda-agenda lainnya tergantung tradisi masing-masing daerah dan lama libur lebaran yang dimiliki.
Setelah tunai semua agenda-agenda tersebut, masih ada satu lagi agenda yang jarang sekali terlewatkan mumpung masih ada sisa libur, yakni Jalan-jalan. Biasanya 2-3 hari pasca lebaran atau H+2 – H+3 berbagai macam destinasi wisata di Indonesia mulai ramai dipadati pengunjung. Dan yang paling mustahil luput dari incaran tentunya destinasi-destinasi wisata tersohor dan tak terlalu menguras dompet. Di ujung Banda sendiri SABANG merupakan satu dari banyak pariwisata Provinsi Aceh yang paling diincar karena keelokan alamnya yang LUAR BIASA. Bagaimana tidak?! kalau turis mancanegara saja mati-matian cari Sabang demi menghirup nafas segar alamnya dan indah taman lautnya, apa lagi turis domestik khususnya masyarakat Sumatera bagian utara. Terlebih, sejak mengglobalnya promosi Sabang lewat acara tahunan berskala internasional bertajuk “Sail Sabang” yang sudah digelar sejak 2009, potensi wisata bahari Sabang kian diekplor dan diorientasikan sebagai tujuan wisata bahari kelas dunia.
3. Kebetulan sedang kekurangan armada kapal lebaran
H-3 Lebaran 1438H pemandangan menyedihkan bagi warga Sabang mendadak terlihat di laut Banda, dimana saat itu hanya ada satu kapal Ferry beroprasi melayani penyebrangan dari pelabuhan Ulee Lheu Banda Aceh menuju pelabuhan Balohan Sabang dan sebaliknya. Menejelang musim Mudik lebaran, penyebrangan Ulee Lheue – Balohan yang seyogyanya mendapatkan tambahan armada kapal malah justru harus berbesar hati kekurangan satu kapal Ferry bernama KM Tanjung Burang karena mengalami kerusakan dan harus naik dock, padahal beberapa minggu sebelumnya penyebrangan ini juga sudah kekurangan satu kapal Ferry besar KM BRR yang mengalami permasalahan sama. Dalam keadaan darurat akhirnya KM Papuyu yang saat itu melayani rute Banda Aceh – Pulo Aceh dialihkan rutenya secara darurat untuk melayani penyebrangan Banda Aceh – Sabang dibantu kemudian oleh KM Simeulu yang tersisa serta 2 armada kapal cepat.
Nah, menghadapi situasi seperti ini – sebagai calon penumpang kita memang mesti bersabar sob untuk bisa menyebrang, karena kondisi kapal sangat mempengaruhi aspek keselamatan perjalanan kita. Jadi, jika armada kapal yang ada mesti ditarik dari operasional untuk diperbaiki, yaaa… mungkin itulah keputusan yang tepat dari manajemen pelabuhan ketimbang kita celaka.
4. Manajemen pelabuhan is in underdevelopment
Well, mengingat pelabuhan Ulee Lheue dan Balohan hingga saat ini masih termasuk dalam masa pembangunan dan pengembangan insfrastruktur serta manajemennya, maka berbesar hatilah memaklumi jikalau ada pelayanan yang kurang maksimal dan manajemen yang belum efektif berjalan. Sebijaknya kita tidak perlu terlalu banyak complaint selain memberikan dukungan agar segera tercapai target pembangunan pelabuhan.
Nah, jika sobat pernah lihat atau punya pengalaman seperti pada mukadimah poin 2, 3, dan 4 diatas, maka beruntunglah sobat karena bisa belajar banyak dari pengalaman tersebut. Yaaa… setidak-tidaknya sobat telah menyaksikan langsung bagaimana pemerintah jatuh bangun berusaha membangun daerahnya menjadi lebih baik. Sobat jadi lebih pandai mengatur waktu perjalan wisata. Dan yang pasti… betapa puasnya sobat kalo bisa behasil melewati rintangan travelling untuk mendapatkan pesona alam Sabang yang Extremely Valuable, jauh jauh jauuuuuuhhh lebih puas daripada travelling yang tinggal terima jadi saja atau tanpa usaha.
JELAJAH PULAU WEH SABANG
Ooooke, lanjut… kini saatnya kita explore agak mendalam poin ke-1 soal “Pesona Sabang yang Menawan Tiada Tanding”. “Tiada Tanding”?? – yaaa bisa dibilang demikian karena diantara jutaan pesona pariwisata Indonesia Sabang ini termasuk satu yang memenuhi kriteria unik terutama karena koordinat kepulauannya – Sabang merupakan wilayah administratif Indonesia yang paling utara, dan berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Malaysia, Thailand, dan India. Wilayah Kota Sabang dikelilingi oleh Selat Malaka di Utara, Samudera Hindia di Selatan, Selat Malaka di Timur dan Samudera Hindia di Barat.
Walaupun judulnya ‘Kota’, sobat jangan pernah bayangkan kalau kotanya akan seperti Jakarta, Surabaya atau Bandung. Pusat kota Sabang jauh lebih sederhana dan teduh. Kota ini berupa kepulauan yang terdiri dari lima pulau – empat pulau kecil yakni; Pulau Klah (0,186 km²), Pulau Rubiah (0,357 km²), Pulau Seulako (0,055 km²), dan Pulau Rondo (0,650 km²), dan satu pulau yang terbesar yakni Pulau Weh (121 km²) dimana pemukiman dan pusat pemerintahan berada. Nah, karena pulau Weh adalah yang paling besar maka disinilah kita bisa menjelajah.
Sebelum berangkat, mari kita cek scanned-map berikut terlebih dahulu untuk melihat seberapa banyak destinasi wisata yang bisa sobat kunjungi, supaya sobat tidak kehabisan waktu keliling-keliling tanpa arah dan tujuan.
Waw, banyak bukan?, itupun masih belum termasuk beberapa spot wisata dan destinasi penting lainnya yang tak tercantum dalam map di atas. Dibandingkan pulau Simeulu, Nias dan Siberut, Sabang memang termasuk kecil sob, karena kecilnya – jika sobat menyusuri jalan pesisir Pulau Weh menggunakan motor tanpa berhenti atau mampir-mampir, sobat bisa menyelesaikannya dalam waktu kurang dari 3 jam. Namun untuk menghayati semua destinasi wisata yang tercantum diatas, sobat perlu waktu paling tidak satu minggu untuk mencobanya satu persatu.
Well, penjelajahan kali ini akan saya mulai dari dua spot kesohor pertama yang paling tidak bisa dilewatkan bagi wisatawan manapun yang berkunjung ke Sabang, bahkan bisa dibilang ‘keterlaluan kalo sampe gak mampir kesini’. So, check these out the first two spots…!
Taman Elak
Disebut Taman Elak karena memang posisinya berada di Jalan Elak. Namun taman ini lebih dikenal luas wisatawan dengan istilah Taman ‘I Love Sabang’ merujuk pada 3D monument yang bertuliskan ‘I ♥ Sabang’ di taman tersebut. Taman ini merupakan salah satu spot wisata Sabang yang paling iconic yang paling dekat dengan pelabuhan. Sobat yang hendak bertolak dari pelabuhan menuju Iboih atau Nol Kilometer melalui jalur kota atau sebaliknya pasti akan melintasi taman ini. Taman ini benar-benar dijadikan ‘spot bukti’ oleh para wisatawan bahwasanya mereka sudah pernah datang ke Sabang. Tentunya taman ini menjadi salah satu lokasi yang paling sering dibanjiri selfie oleh wisatawan terutama pada peak season. Karena bukan hanya monumennya saja yang mereka cari, tetapi juga balkon panoramanya. Di balkon ini sobat dapat menikmati panorama danau Aneuk Laot sekaligus pemandangan Teluk Sabang terutama pada sore hari sembari menunggu sunset.
Di seberang taman juga terdapat menara kecil berbalkon yang berdiri persis di tepi jurang curam yang sengaja dibangun sebagai fasilitas bagi wisatawan yang hendak berfoto dengan sudut pandang panorama yang sangat luas sebagaimana di balkon taman I love Sabang. Balkon ini dinamai Taman Selfie Tinjau Alam. Beberapa meter ke atas, tepatnya di pertigaan sebelum Taman I Love Sabang, sobat juga bisa singgah ke Taman Sabang-Merauke. Namun jangkauan pandang panorama di taman ini tidak seluas di Taman I Love Sabang.
Tugu Nol Kilometer
Nah, ini dia yang jadi incaran paling wajib para wisatawan saat ke Sabang. Tugu Nol Kilometer (Tugu 0 Kilometer/ Tugu 0KM) – adalah titik paling barat pulau Weh sekaligus titik paling utara Indonesia yang bisa di akses perjalanan darat. Sebenarnya masih ada lagi titik yang paling Utara sekaligus terpencil dan terluar, yaitu Pulau Rondo. Namun karena pulau mungil ini adalah zona pengamanan teritorial nusantara yang hanya di huni oleh TNI penjaga perbatasan, maka wisatan tidak bisa sembarang akses ke pulau tersebut kecuali punya kepentingan. Akan tetapi pulau ini masih dapat sobat lihat dari Jembatan Alam yang ada di ujung jalan Tugu Nol Kilo Meter.
Untuk menuju tugu 0KM dari pelabuhan Balohan, sobat akan menempuh jarak sekitar 40 kilometer dengan lama perjalan 1 jam (versi saya bawa motor..hehe). Ada dua alternatif jalan yang bisa sobat tempuh jika sobat membawa kendaraan sendiri, yaitu melalui jalur kota yang paling umum dilalui wisatawan baru dan jasa angkutan umum, atau melalui jalur barat yang melewati wisata Goa Sarang. Kedua jalur sama-sama beraspal mulus serta menyuguhkan pemandangan hutan dan pantai, namun menurut saya jalur barat suasananya lebih sepi. Lewat pusat kota tentunya lebih ramai, saat melewati puncak di perjalanan ke arah pusat kota sobat bakal disambut oleh Gerbang Nol Kilometer. Tak perlu khawatir tersesat karena hampir di setiap persimpangan ada petunjuk arah yang membimbing sobat menuju tugu 0KM.
Feature wisata yang akan sobat dapat disini tidak hanya tugu 0 kilometernya saja sob. Selepas pertigaan Iboih menuju 0KM pemandangan hutan yang amat sejuk akan mendominasi perjalanan sobat sejauh ±10KM kedepan, di waktu tertentu sobat juga akan menjumpai banyak monyet turun ke jalan, tapi mereka bukan mau demo ya sob… haha. Di dua kilometer pertama sobat juga akan melewati kawasan wisata Teupin Layeu dan Tugu Garuda Sabang-Merauke. Aspalnya pun super mulus, bahkan beberapa kilometer menjelang tugu jalannya sudah dilengkapi marka jalan dengan guidelightnya dan penerangan jalan umum yang memungkinkan sobat untuk berkunjung kesini pada malam hari (tapi kan gak banyak pemandangan yang bisa dinikmati kalau malam hari :D). Selepas pertigaan Iboih, jalan ke 0KM adalah jalan protokol satu-satunya, tak ada jalan lain. Dari area tugu 0KM sobat bisa menikmati pemandangan laut lepas, pulau Aceh, dan pulau Rondo dari jembatan alam. Disini juga sudah ada pedagang yang menjual kaos dan aksesoris-aksesoris yang bisa sobat beli sebagai oleh-oleh, namun beberapa item aksesoris saja yang sepertinya benar-benar khas Sabang. Di bibir tebing juga terdapat warkop dimana halaman tempat ngopinya langsung menghadap ke laut beratapkan pohon rindang. Wahhh, asyik sekali bukan? bisa makan dan ngopi dengan pemandangan laut lepas sambil dibelai angin sepoi-sepoi, tapi ada sisi was-wasnya juga sob, soalnya halaman ini melayang di atas jurang, jadi, meski pemandangan di depan menyejukkan mata, tapi pemandangan dibawah agak menguji adrenalin… haha. Terakhir, bagi yang hendak shalat, tugu 0KM juga telah menyediakan fasilitas mushala yang bersih dan nyaman dekat pintu masuk tugu.
Setelah puas keluyuran di 0KM, pulangnya jangan lupa mampir ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang ada di pusat kota. Disini sobat bisa mencetak ‘Sertifikat 0KM’ resmi sebagai bukti lain bahwa sobat adalah wisatawan kesekian ribu yang pernah menjejakkan kaki di Nol Kilometernya Indonesia. Untuk mendapatkan sertifikat ini sobat HARUS datang ke kantor pada hari kerja dan cukup membayar Rp.20.000.
Nah selesai mengenal dua yang paling kesohor diatas, mari kita menjelajah ke wisata-wisata unggulan Sabang lainnya. Kali ini penjelajahan akan saya mulai dari pesisir utara Pulau Weh, alur perjalanannya adalah mengitari Pulau Weh searah jarum jam, tanpa perlu saya detailkan nama kampung, kelurahan, atau kecamatannya sobat dapat dengan mudah kok menemuinya karena destinasi-destinasi wisatanya telah saya tulis secara berurut. Apa saja yang akan kita singgahi?.. berikut rangkuman spesialnya buat sobat Magnificent Indonesia 🙂
Pantai Sumur Tiga
Dinamakan Pantai Sumur Tiga karena memang terdapat tiga sumur di pantai ini, dua diantaranya sudah tidak terlihat lagi dan tidak semua masyarakat mengetahui secara pasti posisi kedua sumur tersebut karena telah terkubur oleh pasir pantai. Satu sisanya berada di lereng tebing pantai dan masih aktif digunakan baik oleh masyarakat maupun wisatawan. Meski berjarak sangat dekat dengan pantai, sumur ini benar-benar berair tawar dan segar. Pantai Sumur Tiga ini memiliki pasir yang sangat putih dan bersih namun bertabur batu-batu koral yang lumayan tajam dan sangat panas pada siang hari. Sudut kanan pantainya dibatasi oleh tebing berkarang yang tajam, dan sudut kirinya pantai berbatu.
Benteng Jepang
Hasil pendataan Badan Pusat Statistik Kota Sabang pada Tahun 2013 menyebutkan terdapat 19 Benteng peninggalan. Satu dia antaranya adalah Benteng Jepang ini. Singkatnya benteng ini dahulunya digunakan militer Jepang sebagai tempat pengintaian dan pertahanan pada akhir masa perang dunia II. Di benteng ini sobat masih dapat melihat bunker-bunker dan meriam sisa aktivitas militer pada masa itu.
Pemandangan dari atas bukit tempat benteng berada sangat menakcubkan sob. Bukit ini dikelilingi tebing berbatu karang hitam dan tajam, namun di atas bukitnya terhampar rerumputan halus yang biasa di pakai pengunjung duduk bersantai atau piknik. Kalau subuh, Bukit ini jadi salah satu spot terbaik untuk menunggu sunrise.
Dari atas tebing karang kita dapat melihat deru ombak yang menghantam badan tebing dan air laut yang super jernih – saking jernihnya gerombolan ikan hias yang sering dipancing masyarakat maupun pengunjung dari bibir tebing dapat terlihat dengan jelas warna dan pergerakannya.
Tepat di sebelah kanan kawasan benteng ini terdapat Pantai Anoi Itam sob. Pantai ini berbeda dari yang lain karena memiliki pasir yang berwarna kehitam-hitaman. Hitam pasir ini alami – bukan karena reaksi limbah pantai, itulah mengapa pantai ini di namai pantai Anoi Itam yang berarti Pasir Hitam.
Bagi sobat butuh penginapan, tapi tidak ingin jauh-jauh dari pusat kota seperti di Iboih, tak perlu khawatir karena di sekitaran Pantai Sumur Tiga sampai Anoi Itam terdapat banyak penginapan yang beberapa diantaranya sudah higher standard seperti Fredies Santai Sumur Tiga, Casa Nemo, Rasa Seni Hotel Resort, dan penginapan lainnya.
Panorama Balohan
Sebut saja ‘Panorama Balohan’, Panorama Balohan ini sebenarnya hanya sebuah bangunan menara pendek dengan balkon yang dikelilingi pagar. Namun sengaja dibangun di atas bukit, agar wisatawan dapat menikmati pesisir desa Balohan secara keseluruhan. Letaknya persis di tepi turunan dan tikungan jalan. Disini tidak ada tempat parkir khusus bagi wisatawan yang membawa kendaraan sehingga wisatawan wajib berhati-hati memastikan rem dan ganjal ban saat hendak berhenti di jalanan lereng yang lumayan curam ini.
Sebenarnya menara panorama ini tidak punya nama sob, tidak ada pula petunjuk jalan yang membimbing sobat kesini. Namun untuk menemuinya cukup modah. Jika sobat datang dari arah pelabuhan, sobat langsung belok kanan pada simpang 4 paling pertama (cirinya disebelah kanan simpang ada pos TNI) ke arah Anoi Itam/ Benteng Jepang, dari situ sobat tinggal ikuti saja jalan sekitar 10 menit perjalanan motor melalui jalan berliku-liku dan mendaki sampai sobat bertemu menara ini di sebelah kanan jalan tepat di jalan menanjak. Setelah sampai, sobat juga bisa melihat kembali jalan berliku-liku yang sobat lewati tadi, ternyata indah banget sob.
Pasir Putih
Beberapa kilometer sebelum kawasan wisata Jaboi terdapat perkampungan kecil yang memiliki garis pantai yang begitu indah di hadapannya. Masyarakat Sabang menamainya dengan ‘Pasir Putih’ karena memang pasir pantainya putih bersih dan halus. Yang lebih menyegarkan mata lagi adalah jenis pantainya yang termasuk pantai berpasir dengan bebatuan karang ataupun bebatuan vulkanik yang sangat sedikit, jadi, di pantai ini gradasi warna air lautnya bisa terlihat jelas dan elok dari mulai putih ke biru muda lalu ke biru tua.
Gampong Jaboi
Gampong ini terletak di tepi selatan Pulau Weh dan dapat di tempuh sekitar 15 menit dari pelabuhan balohan menggunakan kendaraan pribadi ke arah selatan jalur lingkar Pulau Weh. Saat ini di Gampong Jaboi sedang ada instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) atau Geothermal untuk stok listrik wilayah Sabang dan Banda Aceh yang sudah dimulai dari Februari 2017 lalu dan ditargetkan selesai paling lambat 2019 mendatang sob. Gampong ini terkenal dengan gunung berapi aktifnya, itulah mengapa dibangun geothermal di lingkungan gampong ini. Yang menjadi daya tarik wisata Gunung Berapi Jaboi adalah adanya beberapa titik kawah dengan belerang yang berbau menyengat, dan sumber air panas yang keluar dari celah bebatuan yang memproduksi kepulan uap. Tanah sekitar kawah juga menjadi pemandangan menarik tersendiri karena permukaannya yang didominasi bebatuan putih dan tidak ditumbuhi pepohonan.
Saat ini di Jaboi memiliki tempat wisata baru yang tengah populer di masyarakat dan wisatawan, yaitu kolam pemandian air panas Jaboi yang telah dibangun sejak Februari 2016 lalu dengan dana Penataan Lingkungan Pemukiman Berbasis Komunitas Jaboi. Letaknya tepat di belakang Puskesmas Jaboi. Kolam pemandian air panas ini tidak pernah sepi pengunjung karena khasiat air belerangnya yang dipercaya dapat mengatasi penyakit kulit dan rematik, juga karena tidak ada pungutan biaya untuk masuk kesini alias gratis, sobat hanya perlu memberikan sumbangan seikhlasnya saja untuk perawatan dan kebersihan di kotak yang tersedia di pintu masuk. Di lingkungan kolam ini juga ada bale tempat santai dan warungnya.
Goa Sarang
Wisata Sabang menjadi lebih berwarna karena adanya wisata Goa Sarang ini sob. Terletak terpencil di salah satu tepi barat daya Pulau Weh, wisata ini benar-benar menyuguhkan pemandangan yang jauh berbeda dengan spot wisata lainnya. Saat tiba di pintu masuk wisata Goa Sarang sobat akan langsung terpana oleh pemandangan alam dari atas balkon panorama, disini mustahil deh kalau sobat sanggup ‘puasa selfie’… haha, bagaimana tidak sob, pemandangan serupa ini mungkin takkan sobat dapatkan lagi di tempat lain selain disini. Tapi tahan dulu sob, jangan gara-gara terpana, sobat lantas kehabisan batrai dan memory kamera karena asyik jeprat-jepret mengabadikan momen langka tersebut (seperti yang saya alami… hehe). Sekarang, mari kita parkirkan kendaraan kita dulu, bawa barang-barang seperlunya saja, menuju loket lalu bayar tiket masuk sebesar Rp.5.000/ orang, selanjutnya kita langsung menuruni bukit curam melalui tangga yang telah tersedia menuju pantai.
Nah, dari sinilah perjalanan terjal sobat akan dimulai. Terjal karena pantainya dipenuhi bebatuan tanpa hamparan pasir, dan sobat akan berjalan menyusuri pantai tersebut ke arah kiri menantang bongkahan bebatuan vulkanik yang berserak menuju ke ‘Goa Sarang’. Jika sobat termasuk yang belum terbiasa hiking maka disini sobat mesti ekstra hati-hati karena bebatuannya lumayan licin. Dalam keadaan pasang, sobat juga akan tersambar percikan ombak – jadi siap-siap saja kebasahan sekujur tubuh dan siaga untuk smartphone atau kamera sobat karena dikhawatirkan ikutan kebasahan lalu rusak. Di paruh perjalanan, sobat juga akan sedikit menyusuri tebing. Meskipun terjal, namun perjalanannya relatif singkat sob. Jika aman-aman saja, sobat cuma perlu waktu sekitar 10 menit untuk sampai di mulut goa. Dan yang paling unik sepanjang jalannya adalah pemandangan tebingnya yang seperti terbentuk dari susunan batu secara diagonal.
Sampai di goa, sobat bisa masuk ke dalamnya. Mulut goanya rendah sehingga sobat harus agak menunduk saat masuk, sesekali mulut goa juga dihempas ombak yang akan menghalangi sobat masuk atau keluar goa. Di dalamnya terdapat ruang gelap yang lumayan luas dan tinggi tempat bersarangnya walet, nah, mungkin dari sinilah asal-muasal penamaan ‘Goa Sarang’. Di sebelah kiri goa ada sedikit gundukan batu dimana dari sini sobat bisa melihat empat pintu goa lainnya yang saling bertetanggaan, namun sobat tidak bisa masuk dengan hanya berjalan kaki karena goanya langsung berlantai air laut disertai ombak, jadi untuk masuk kesana sobat harus menyewa jasa pemandu yang ada di tepi pantai samping tangga bukit, lalu menuju kesana menggunakan perahu karet, mengenakan perlengkapan rafting bersama-sama wisatawan lainnya.
Diluar halaman goa, terdapat bukit-bukit kecil. Satu diantaranya agak rendah dan bisa kita daki. Dari atasnya kita bisa melihat pemandangan bukit yang ada di seberangnya, jajaran goa-goa dan terumbu karang serta ikan-ikan karang yang terterawang dari jernihnya laut Sabang.
Usai menjelajah goa, kini saatnya sobat kembali lagi ke atas bukit dan bersantai sejenak di warung makan yang ada diatas sambil menikmati Mie Aceh dan secangkir teh. Kalau sudah keburu lapar, tenang saja… warung ini juga menjual nasi dan lauk pauknya. Selanjutnya sobat tinggal duduk manis di halaman warung sambil menyantap makanan dan menikmati panorama pantai dan pegunungan yang terhampar di depan mata.
Pantai Balek Gunong
Pantai Balek Gunong adalah pantai pasir putih bertabur bebatuan vulkanik dan koral, pantai ini masih satu garis dengan Pantai Lhong Angen sampai Goa Sarang, disini juga sobat bisa jumpai sisa-sisa benteng peninggalan militer Jepang dahulu. Walau pantai ini jauh dari pusat keramaian, namun untuk menemuinya lumayan mudah karena letaknya satu kawasan dengan pos TNI dan hotel DePade. Satu hal yang menyita perhatian saya pada saat kesini adalah adanya kapal cargo MV PATAYA III yang kandas di bibir pantainya, kapal ini sudah terlihat sejak saya berhenti di bukit panorama Goa Sarang dan membuat penasaran untuk melihatnya dari dekat. Rupanya kapal sepanjang 104 meter milik PT Kanaka Lines Surabaya ini sudah kandas sejak Kamis Malam, 7 Agustus 2016 lalu akibat hempasan badai di teluk Sabang dan gangguan mesin. Namun bagi saya, kekandasan kapal ini justru menjadi nilai jual yang unik tersendiri bagi si pantai, karena dengan tersangkutnya kapal ini, pantai Balek Gunong jadi lebih ramai dikunjungi wisatan dan masyarakat setempat yang penasaran ingin melihat kapal berbobot 3.720 ton tersebut dari dekat sambil menikmati tamasya di pantai.
Teupin Layeu dan Pulau Rubiah Gampong Iboih
Cara turis mancanegara dan turis domestik memperoleh informasi wisata Sabang mungkin berbeda. Mudah saja cara membedakannya – sempatkan diri bertanya kepada turis domestik yang satu kapal dengan sobat terutama yang baru pertama kali ke Sabang, kemana tujuan pertama mereka? Pasti umunya menjawab ‘Tugu Nol Kilometer’ barulah disusul tempat wisata yang lain. Berbeda jawabannya jika sobat berikan pertanyaan yang sama pada bule, karena rata-rata bule akan menjawab ‘Iboih’ sebagai tujuan wisata awal. Nah, maka tidak heran jika sobat berkunjung ke Sabang, di Gampong Iboih lah yang lebih banyak bulenya dibanding tempat lain – khususnya di Teupin Layeu.
Seperti yang tampak di Map, spot diving Sabang sepertinya mendominasi destinasi pariwisata kawasan pantai bagian utara, dan Teupin Layeu Iboih inilah yang menjadi starting pointnya. Inilah salah satu alasan mengapa banyak turis mancanegara melancong ke Sabang, disini hasrat diving dan snorekeling mereka dapat terfasilitasi tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam dibanding saat mereka diving di negara lain. Semuanya yang menjadi kebutuhan dasar bule-bule saat melancong ke Sabang mudah didapatkan disini seperti penginapan, penyewaan peralatan snorkeling atau diving termasuk kursus bagi pemula, tempat makan dan rental motor. Kalaupun tidak untuk menyelam, bermain-main di pantai Teupin Layeu ini sudah cukup mengasyikan kok sob, garis pantainya panjang, pasirnya putih dan airnya jernih banget. Oia, karena di kawasan ini mayoritas beragama Islam dan menerapkan syariat islam, disini wisatawan perempuan (termasuk bule) dilarang keras mengenakan bikini saat di pantai.
Di seberang pantai Teupin Layeu Iboih terdapat Pulau Rubiah yang biasanya jadi satu paket kunjungan wisatawan saat berlibur ke Sabang. Nama pulau ini diambil dari salah satu dari 44 Aulia Sabang yang dimakamkan disini yakni Ummi Sarah Rubiah. Rubiah sendiri adalah istri dari Tgk. Chik Di Iboih yang juga termasuk satu dari 44 Aulia Sabang yang namanya diabadikan menjadi nama Gampong Iboih. Untuk menuju ke Pulau Rubiah sobat hanya butuh waktu kurang dari 10 menit menggunakan jasa penyebrangan perahu dari dermaga Teupin Layeu (dengan speedboat kurang dari 5 menit). Melihat jaraknya yang hanya beberapa meter saja dari seberang dermaga dan ombak yang sangat minim, nampaknya kalau sobat berani, sobat bisa langsung berenang sampai ke seberang, mengingat banyak juga yang sering mencobanya.
Seperti halnya Pulau Kah, Pulau Rubiah ini juga termasuk pulau yang tak berpenghuni. Namun aktifitas di pulau ini jauh lebih padat dibandingkan di Pulau Klah. Disekitaran pulau ini sobat bisa menikmati pesona taman laut dengan menyelam atau snorkeling, berkeliling pulau Rubiah dan Pulau Seulako dengan perahu, ziarah ke makam Ummi Sarah Rubiah, atau sekedar bersantai di cafe yang tersedia di tepian pantainya.
Tidak jauh dari pantai juga terdapat situs Karantina Haji. Komplek karantina haji ini dibangun untuk pertama kalinya di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada akhir abad ke-19 sebagai tempat karantina bagi jamaah haji yang akan berangkat ataupun kembali dari Mekah. Kini jejak sejarah yang masih dapat kita saksikan hanyalah pondasi-pondasi dan bangunan yang tidak begitu terawat. Seandainya saja disini terdapat catatan atau informasi pendamping mengenai sejarah situs ini, nampaknya wisatawan akan merasa penting dan tertarik untuk mengunjungi situs ini.
Bagi yang ingin merasakan ketentraman pulau, sobat juga bisa bermalam di penginapan yang ada di tepian pulau Rubiah. Namun, soal inap-menginap, nampaknya wisatawan lebih memilih Teupin Layeu atau penginapan lainnya di sekitar Iboih atas alasan disini lebih praktis jika ingin pergi ke warung-warung, ATM ataupun masjid.
Tugu Garuda Sabang-Merauke
Tugu garuda ini memang terlihat sederhana saja, namun tugu ini hanya ada dua di Indonesia, satu di gampong Iboih Sabang dan ‘kembaran’nya yang satu lagi ada di di Distrik Sota Kabupaten Merauke, berjarak 75 kilometer dari pusat kota Merauke dan berjarak 3 kilometer dari Tugu perbatasan dengan Negara Papua New Guinea (PNG).
Tugu ini terletak di atas bukit Teupin Layeu, di badan tugunya terdapat nisan bertuliskan informasi koordinat Sabang, sama seperti yang ada di Tugu Nol Kilometer. Di halamannya terdapat balkon panorama dimana sobat bisa menikmati pemandangan Teupin Layeu, Pulau Rubiah, dan Pulau Rondo dari atasnya.
Gapang
Gapang diambil dari nama pohon yang ada di sekitar sini sob, saya sendiri belum pernah liat sih pohon Gapang itu yang seperti apa, atau mungkin saya memang sudah melihat tapi tidak tahu apa namanya. Gapang ini lebih terkenal karena resortnya sob, dalam satu kawasan terdapat banyak penginapan, jadi pantas kalau kita minta rekomendasi penginapan di Sabang, masyarakat akan merujuk ke Gapang selain rekomendasi penginapan di Iboih. Kalau melirik iklan-iklan pariwisata Sabang yang banyak beredar di media berskala internasional, penginapan di Gapang ini juga termasuk salah satu yang palik marak di promosikan sob, jadi tidak heran kalau disini juga banyak bule.
Soal pantainya, Gapang memang tak kalah indah, hanya saja disini garis pantainya lebih pendek dibanding pantai wisata sekitarannya. Sama halnya seperti Teupin Layeu, disini juga sudah terdapat penyewaan peralatan snorkeling dan diving bagi sobat yang ingin menikmati keindahan di lantai laut Gapang.
Air Terjun Pria Laot
Tak banyak sungai yang bisa sobat jumpai di Sabang, namun ada satu sungai jernih yang berhulu di air terjun Pria Laot, dan inilah satu-satunya air terjun di Sabang yang wajib sobat kunjungi. Untuk mencapai air terjun Pria Laot tidak terlalu sulit. Sekitar 500 meter dari jalan utama sobat bisa memarkirkan motor di pemukiman warga (mobil tidak bisa masuk). Dari sini sobat tinggal jalan saja mengikuti jalan setapak semen ke arah hulu sungai sekitar 15 menit. Perjalanannya singkat tapi sangat menyegarkan mata, karena sepanjang perjalanan yang sobat lihat hanyalah air sungai yang sangat jernih dan hutan yang masih sangat asri. Sesekali juga terlihat pengunjung yang berbilas di sungai tersebut sepulang dari air terjun.
Setelah tiba di air terjun sobat bisa bermain air, mandi atau berenang di kolamnya. Karena kolamnya yang tidak terlalu luas, saya sarankan sobat berkunjung kesini saat hari kerja atau di hari yang kira-kira sepi pengunjung supaya lebih enjoy dan puas bermain-main tanpa harus berdesakan berenang dengan keramaian. Air terjun Pria Laot ini tidak terlalu tinggi sob, mungkin hanya sekitaran 10 meter, namun yang penting aliran airnya deras dan jernih.
Pulau Klah
Pulau Klah adalah pulau kecil yang tidak berpenghuni namun bukan berarti tidak ada aktifitas disini. Nelayan setempat memanfaatkan bibir pantainya untuk budidaya ikan, adapun di pinggiran pulaunya terdapat penginapan-penginapan, dan dipulau ini juga berdiri sebuah mercusuar kecil untuk navigasi kapal-kapal yang hendak berlabuh di Freeport Sabang. Namun disini saya bukan mau mengajak sobat untuk menyebrang ke Pulau tersebut melainkan menikmati pesona Pulau Klah dan Teluk Sabang saat sunset dari warung yang ada di atas bukit dekat pelabuhan. Warung ini berdiri di bibir tebing dan memiliki balkon panorama juga sob, bedanya di balkon ini sudah disediakan kursi-kursi santai agar sobat bisa bersantai, makan dan ngopi sambil menikmati terbenamnya matahari di balik perbukitan Krueng Raya Sabang. Tidak hanya itu, pemandangan lain yang bisa kita nikmati dari sini adalah perkampungan dan pantai yang ada di kaki bukit dan Freeport di sisi Utaranya.
Freeport dan Teluk Sabang
Sabang memiliki 2 pelabuhan, yaitu pelabuhan khusus penyebrangan kapal penumpang yang Ada di Balohan dan Pelabuhan Bebas (Freeport) yang ada di jantung kota Sabang. Freeport Sabang ini ya pelabuhan niaga sebaimana pelabuhan biasanya sob, bukan tempat wisata, wajah pelabuhannyapun sekilas memang tampak biasa saja. Kalo gak ada yang menarik..lha trus ngapain mampir kesini?!. Begini sob..! Pelabuhan ini memang akan nampak pandang biasa saja kalau kita tidak mengetahui sejarahnya sob, namun jika kita tahu setidaknya ringkasan sejarahnya, mungkin sobat akan tertarik untuk mampir kesini sejenak untuk menikmati panorama Teluk Sabang sambil berjalan-jalan kecil atau mancing ikan di tepi dermaga. Mengenal lingkungan freeport Sabang sambil menerka-nerka suasana kesibukan pelabuhan ini di masa lalu.
…“Bangsa yang besar adalah, bangsa yang menghargai sejarah” – nah, denger tuh sob, sebagai generasi muda yang terus berupaya memegang prinsip tersebut, kita perlu tahu sob bahwa si pelabuhan inilah yang dahulu menjadi cikal bakalnya kota Sabang dan denyut kehidupannya.
Sedikit berbagi intisari sejarahnya dari berbagai sumber nih sob, jadi Sabang ini ternyata dahulunya sempat menjadi pelabuhan yang sangat penting dalam rute pelayaran dunia. Sebelum terusan Suez dibuka tahun 1869, kepulauan Nusantara harus dicapai melalui Selat Sunda dari arah Benua Afrika, namun setelah terusan Suez dibuka, maka jalur ke Nusantara menjadi lebih pendek yaitu melalui Selat Malaka. Sabang yang berada di jalur pelayaran Selat Malaka didapati sebagai wilayah yang alami dengan perairan yang dalam dan terlindungi alam dengan baik, oleh karena itu pemerintah Hindia-Belanda pada saat itu memutuskan untuk membuka Sabang sebagai dermaga. Pulau Weh dan Sabang kemudian menjadi pelabuhan terpenting di Selat Malaka – jauh lebih penting dibandingkan Tamasek (sekarang Singapura) sampai sebelum pecahnya Perang Dunia ke II.
Tahun 1881 Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada tahun 1883 dermaga Sabang dibuka untuk kapal berdermaga oleh Asosiasi Atjeh. Awalnya, pelabuhan tersebut dijadikan pangkalan batubara untuk Angkatan Laut Kerajaan Belanda, namun kemudian, kapal niaga juga mulai diperbolehkan mengirim barang-barang ekspor dari wilayah Sumatra bagian Utara melalui pelabuhan ini.
Pada tahun 1887, Firma Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan. Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah Vrij Haven dan dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang selanjutnya dikenal dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia II ikut memengaruhi kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan Jepang, kemudian dibom pesawat Sekutu dan mengalami kerusakan fisik hingga kemudian terpaksa ditutup.
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat pertahanan Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50. Semua aset pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk pemerintahan Kotapraja Sabang berdasarkan UU No 10/1965 dan dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas. Sejak saat itu Sabang terus mengalami aktif-vakum-aktif-vakum sebagai pelabuhan bebas atas berbagai kendala termasuk oleh konflik Aceh dan Tsunami. Hingga kini Sabang masih berstatus sebagai pelabuhan bebas yang terbilang sepi dari aktifitas niaga.
Freeport Sabang baru akan sangat ramai pengunjung pada saat kapal pesiar sandar. Kedatangan kapal pesiar tersebut ada yang sengaja dikoordinasikan untuk turut memeriahkan rangkaian acara Sail Sabang (sail terakhir Yacht Rally pada rangkaian event Sail Indonesia) atau Sabang Marine Fetival, adapula yang kedatangan reguler. Meskipun setiap tahunnya Sabang selalu di singgahi kapal pesiar, namun bagi masyarakat dan wisatawan, kapal-kapal pesiar yang rata-rata mampir tidak sampai satu hari ini akan tetap menjadi pemandangan yang menarik sob.
Di luar area pelabuhan terdapat pasar kota dimana sobat bisa belanja keperluan sehari-hari, oleh-oleh Sabang seperti kue pia Sabang, kaos dan souvenir-souvenir lainnya. Disore harinya berbagai macam kuliner lokal dijajakan disini. Dikawasan ini sobat juga masih bisa menjumpai banyak bangunan tua berarsitektur zaman Hindia-Belanda sebagai bukti sejarah kependudukan kolonial di Sabang, nuansa masa lalu disini melebur jadi satu dengan suasana pasar.
Sabang Fair
Singkatnya, Sabang Fair ini adalah salah satu taman kotanya Sabang sob. Lokasinya terletak di tepi pantai Gampong Kuta Barat. Di sore hari, Sabang Fair ini menjadi tujuan ‘ngabuburit’ favorit wisatawan dan masyarakat setempat, karena di sore harilah aktifitas taman wisata kuliner Sabang Fair mulai ramai. Dan di taman wisata kuliner inilah sobat bisa mencicipi kuliner khas Sabang yang ramai dipromosikan, yaitu Sate Gurita dan ‘Mie Sedap’ – tapi bukan merk mie yang ada di iklan-iklan di TV ya sob.
Sabang Fair lebih terkenal karena Sunsetnya sob. Sambil menikmati jajanan Sabang Fair banyak wisatawan yang selfie, berbincang-bincang atau sekedar bersantai di tepian pantai sembari menunggu matahari yang akan bertolak ke peraduannya di balik perbukitan di seberang pantai. Dan sambil menunggu sunset wisatawan juga bisa berjalan-jalan kecil melihat meriam-meriam dan benteng peninggalan jaman perang dahulu yang berderet di taman tepi pantai. Dan satu iconic spot lagi yang bisa sobat kunjungi disini yaitu Tugu Kertas.
Puncak keramaian Sabang Fair dapat sobat saksikan pada acara tahunan Sabang berskala Asia yang bertajuk Festival Sabang Fair, dimana acara ini memuat perlombaan-perlombaan tari dan musik daerah, pawai budaya dan pentas kesenian dari berbagai daerah di Provinsi Aceh, pameran kesenian, wisata kuliner dan agenda acara seni budaya Aceh lainnya.
Masjid Babussalam
Jika Banda Aceh punya Masjid Oman sebagai kebanggaan, maka Kota Sabang juga punya Masjid Babussalam sebagai masjid maskotnya. Keelokan arsitektur luar dan dalam masjid ini memang benar-benar menyejukkan mata sob, saya sendiri sampai sempat tidur-tiduran sambil menghela segarnya udara dini hari dan menikmati kilauan bintang di langit subuh Sabang (romantis kan…haha) di halaman masjidnya pada akhir Ramadhan 1438H lalu. Masjid ini terletak di pusat kota. Baik pada hari kerja maupun hari libur, masjid ini selalu menjadi tempat persinggahan wisatawan untuk menunaikan shalat dan mengabadikan keindahannya. Yakin banget sob, siapapun wisatawan yang singgah di masjid ini untuk menunaikan ibadah shalat pasti akan betah berlama-lama di dalam masjidnya dan diluar masjidnya dikala teduh.
Mumpung saya masih ingat intisari sejarah perjalanan sang masjid dari hasil penelusuran artikel-artikel tentang masjid ini, saya ingin sedikit berbagi nih sob. Jadi masjid ini sudah mulai dibangun pada tahun 1970 secara bergotong-royong oleh seluruh masyarakat dari berbagai gampong di daerah itu atas prakarsa Tgk Harun Ali Walikotamadya Sabang pertama (1966-1972) bersama beberapa tokoh masyarakat dan ulama pada saat itu sebagai sebuah masjid reprsentatif untuk suatu Kotamadya Daerah Tingkat II. Setelah melalui beberapa kendala finansial akhirnya masjid ini baru rampung pada tahun 1974 dan tepat pada hari Jumat, 10 Juni 1974, Masjid Babussalam untuk pertama kalinya dipakai untuk shalat jumat, dengan khatib Tgk H Harun Ali dan Imam Tgk M Daud Ali. Masjid ini kemudian mengalami renovasi pada tahun 2002 sampai 2006 hingga tampak seperti yang bisa kita nikmati hari ini.
Masjid ini dibangun dengan mengadopsi arsitektur Usmaniyah Turki. Bangunannya tinggi besar berbentuk segi empat dengan 4 menara kekar memancang masing-masing sudut masjid serta di mahkotai kubah hitam besar sebagai atap sentral bangunan masjidnya. Seluruh permukaan halaman masjid ini ditutup dengan keramik berpola dekorasi bintang. Untuk mendukung aktivitas kemasjidan, dibagian halaman lainnya, dibangun pula fasilitas lain berupa Balee Keurukun, asrama, dan madrasah diniyah, ruang sekretaris mesjid, tempat wudhu dan WC tentunya.
Sebenarnya masjid ini bukan satu-satunya yang beraksitektur indah yang ada di Sabang sob, masih banyak masjid lainnya yang tak kalah anggun dan antik tersebar di beberapa lokasi di Sabang. Seperti masjid Syuhada yang bisa sobat jumpai tak jauh dari pelabuhan Balohan, masjid Baiturrahim di Kota Bawah Timur, masjid yang ada di daerah Cot Damar, Iboih dan beberapa masjid lainnya yang tersebar di beberapa kelurahan di Pulau Weh. Hanya saja, karena ini masjid Negara yang masih termasuk ‘remaja’ dan masuk dalam daftar promosi wisata Sabang, maka masjid inilah yang lebih sering di Singgahi.
Saya sendiri tinggal di daerah Ulee Kareng Banda Aceh sob. Sejak pertama tinggal hingga saat ini alhmdulillah saya sudah banyak berkeliling seputar Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, dan satu hal yang paling meninggalkan kesan amat mendalam bagi saya (selain kopi) adalah banyaknya bangunan masjid yang beraksitektur cantik nan anggun disini. Hampir semua bangunan masjid yang saya singgahi tak ada yang tak cantik – tak ada yang biasa-biasa saja, paling minimal menyandang predikat ‘Bagus’ dalam penilaian saya. Secara umum dapat saya simpulkan bahwa, masjid-masjid di Banda Aceh, Aceh Besar dan sekitarnya ini benar-benar mendapatkan perhatian sangat serius dari pemerintah dan masyarakatnya. Maka tak heran jika masjid-masjid di Sabang juga demikian cantiknya.
Danau Aneuk Laot
Wisata Pulau Weh memang ‘Limited Edition’ Sob. Semua jenis wisata alam sudah terangkum semua dalam satu pulau kecil ini. Satu lagi harta tertua yang dimiliki kota yang dimiliki kota Sabang adalah Danau Aneuk Laotnya. Penamaan Aneuk Laot yang berarti Anak Laut ini konon merujuk pada posisi danaunya yang sangat dekat dengan laut jika dilihat dari atas bukit semisal dari Tinjau Alam, seolah-olah danau ini dahulunya adalah bagian dari teluk Sabang yang kemudian airnya terperangkap daratan dan menjadi kawasan perairan tersendiri yang berair tawar. Hingga saat ini Danau Aneuk Laot masih menjadi sumber air terpenting untuk masyarakat Pulau Weh selain dari sumur.
Terdapat beberapa tempat untuk akses ke Danau Aneuk Laot, namun pada kesempatan ini saya ingin mengajak sobat menikmati pesona si danau melalui salah satu spot favorit wisatawan saja, yaitu Taman Wisata Putroe Ijoe. Di taman wisata ini sobat bisa menikmati pemandangan danau dari dermaga kecil di ujung taman. Taman luas di tepi danau Aneuk Laot ini memang cocok sekali sob untuk rekreasi kelurga, selain sobat bisa main-main ke tepian danau, taman ini juga menyediakan kolam pancing yang luas, bale-bale kecil untuk bersantai, mushala, rumah makan, dan area camping. Ikan hasil pancing bisa sobat setorkan ke rumah makan untuk diolah jadi ikan bakar untuk hidangan makan siang sobat, tapi sobat juga bisa langsung memesan ikan bakar tanpa harus mancing dulu kalau tidak mau repot.
Bonus wisatanya bagi sobat yang hendak menuju Danau Aneuk Laot dari pertigaan Taman Sabang-Merauke adalah – sobat bisa mampir di turunan setelah pertigaannya, karena di sebelah kanan jalan – terdapat tebing yang dibawahnya terselubung goa-goa kecil bekas aktivitas militer pada masa kependudukan Jepang dahulu.
Nah sekarang siap-siap deg-degan sob. Saya punya cerita serem nih…hehe. Masih satu paket dengan wisata Danau Aneuk Laot, ternyata danau ini sangat kental dengan cerita mistisnya. Salah satu yang tersohor di kalangan masyarakat Sabang adalah legenda Putroe Ijoe yang berarti Putri Hijau.
Selama tinggal di Aceh saya sebenarnya telah mendengar tiga versi cerita tentang Putroe Ijoe ini sob, ada yang tidak berhubungan dengan Sabang, ada yang berhubungan dengan Sabang dan ada yang memang langsung di Sabang. Entah versi tersebut merujuk pada Putri yang sama atau tidak yang pasti kisahnya ini hanyalah sebuah carita tutur yang tidak memiliki bukti tertulis, jadi sobat boleh percaya boleh juga tidak, BEBAS. Saya sendiri memandangnya sebagai kekayaan legenda daerah, sebagaimana kisah Sangkuriang di Jawa Barat, Si Pitung di Betawi atau legenda Malin Kundang dari tanah Minangkabau.
Cerita lisan yang dikenal luas oleh masyarakat Sabang mengisahkan konon Putroe Ijoe ini adalah seorang putri cantik yang mendiami Pulau Weh, dahulu putri ini memohon kesuburan untuk tanah Pulau Weh kepada tuhan dan menguatkan permohonannya dengan mengorbankan seluruh perhiasan miliknya. Sebagai balasannya tuhanpun menurunkan hujan dan gempa bumi hingga terbentuk danau yang hijau dari curahan air hujan yang menggenangi lembah bentukan gempa. Setelah keinginannya terpenuhi, sang putri kemudian menceburkan diri ke dasar air dan menjadi penghuni danau. Selain danau, refleksi kesuburan yang dahulu dimohonkan oleh sang putri terlihat juga dari keindahan taman bawah laut Sabang yang mempesona. hmmmm…kok kontradiktif ya dengan penamaan danau itu sendiri… namanya juga legenda.
Beberapa masyarakat Gampong dan pengunjung mengaku pernah melihat penampakan yang diduga Putroe Ijo, atau mengalami kejadian janggal saat berada di danau atau sepulang dari danau, yang dihubung-hubungkan dengan keberadaan Putroe Ijoe di danau tersebut.
Cerita mistis populer satu lagi terkenal dengan ‘si Dul bebulu’, yaitu seorang bocah yang konon dahulu hilang diculik mahluk gaib. Menurut kepercayaan warga, Dul sering nongkrong di jalan menurun Tinjau Alam – satu lokasi dengan wisata Goa Jepang yang saya sebutkan di atas.
Cerita hilangnya si Dul bermula saat Dul dan adiknya pergi ikut ayahnya mencari ikan di Danau Aneuk Laot. Kala itu sang ayah pergi ke tengah danau menggunakan sampan, sebelum pergi sang ayah berpesan kepada Dul agar menjaga adiknya dan jangan kemana-mana. Karena bosan menunggu, Dulpun mengajak sang adik bermain petak umpet di sekitar danau, saat giliran adik mencari Si dul, sang adik kehilangan jejak persembunyian si Dul, Dulpun tak kunjung keluar dari persembunyiannya walau sang adik telah menyerah mencari.
Saat sang ayah tiba di darat, anaknya berkata bahwa abangnya tak tau dimana. Mendengar perkataan si anak, sang ayah mencari Dul di sekitar danau dan hutan hingga ke dalam danau namun hasil nya nihil dan Dul pun di nyatakan hilang di culik makhluk gaib.
Setelah puluhanan tahun menghilang, Dul pun pulang dengan tubuh yang telah ditumbuhi bulu yang sangat lebat, wajah yang menyeramkan serta tubuh yang amat tinggi. Ketika sampai di rumah sang ibu terkejut melihat anaknya telah berubah, Dul lalu meminta makan pada ibunya, lantas sang ibu memberikan sepiring nasi lengkap dengan lauknya. Setelah menghabiskan makannya Dul berpamitan dan tidak pernah kembali ke rumahnya lagi dan menetap di sekitar danau.
Dul pun di juluki dengan ‘Si Dul Bebulu’. Di malam hari, konon warga yang memancing sering dijumpai Dul hanya untuk meminta sebatang rokok, begitu juga di jalan Tinjau Alam. Dul sendiri tidak jahat kepada orang, dia hanya meminta rokok kepada orang yang di jumpai, dan tidak lantas mengganggu pada mereka yang tidak merokok atau tidak membawa rokok. Bagi warga sekitar penampakan si Dul sudah biasa.
Bangunan-Bangunan Cagar Budaya
Pulau Weh Sabang termasuk pulau yang memiliki perjalanan sejarah yang panjang, selain jejak sejarah yang masih bisa sobat telusuri melalui pustaka dan publikasi lain yang banyak beredar di media cetak dan elektronik, sobat juga masih bisa menyaksikan langsung peninggalan fisik dari sejarah tersebut. Hasil inventarisir Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sabang pada tahun 2013, tercatat sebanyak 116 titik cagar budaya peninggalan yang masih eksis hingga hari ini. Beberapa diantaranya masih aktif digunakan sampai sekarang, namun tentunya telah dialih-fungsikan untuk kepentingan lain. Berikut ini adalah list-nya yang sekaligus dapat sobat manfaatkan sebagai guide sobat menuju spot-spot landmark heritages yang ada di Sabang:
Makam 44 Aulia
Sejarah Aceh memang kental dengan nuansa Islamnya. Jika Provinsi Aceh terkenal dengan sejarah kerajaan Islamnya seperti Samudra Pasai, Kesultanan Aceh Darussalam dan seterusnya, maka (khususnya) di Sabang lebih populer dengan legenda 44 Aulianya. Sejauh ini saya belum menemukan publikasi akurat yang merujuk pada bukti tertulis mengenai asal-usul keberadaan 44 Aulia di Sabang. Cerita yang beredar di kalangan masyarakat mengatakan konon sekitar abad ke-17 terdapat serombongan jemaah yang berasal dari berbagai daerah di kesultanan Islam Nusantara yang hendak bertolak ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah Haji. Namun beberapa hari setelah berlayar dari pelabuhan keberangkatannya di Padang, kapal yang mereka tumpangi dihempas gelombang laut di perairan Sabang dan kemudian tedampar di Pulau Weh. Mereka yang selamat kemudian memutuskan untuk mensyi’arkan Islam di pulau tersebut, dan menjadi wali atau aulia atas perjuangan mereka mendakwahkan Islam hingga akhir hayat mereka disana. Makam para aulia ini tersebar di berbagai penjuru pulau di Sabang dan dikeramatkan.
Kini keberadaan makam para Aulia ini menjadi kunjungan wisata ziarah/ wisata religi bagi wisatawan Sabang khususnya Muslim. Data dari portal resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sabang menyebutkan sebanyak 41 makam aulia telah diketahui nama dan posisinya sedangkan 3 diantaranya masih belum diketahui pasti.
Berikut adalah daftarnya:
- Makam Tgk Ibrahim, di Kawasan Ujong Teungku Kelurahan Iboih.
- Makam Tgk Paya Dua, di Kawasan Teupin Layeu Kelurahan Iboih.
- Makam Tgk Gaupang, di Kawasan Gapang Kelurahan Iboih
- Makam Tgk Cot Bak Ulim, di Komplek Teuku Muhammad Daud
- Makam Tgk Dipasi, di Blang Tunong Balohan
- Makam Tgk Di Ujoeung Guha Cot Neuhoet, di Kawasan Kelurahan Iboih
- Makam Tgk Cot Bak Manee, di kawasan Kuala Balohan
- Makam Tgk Cok Bak Cuh, di kawasan Jaboi atau jalan menuju Gunung Berapi
- Makam Tgk Jauboi, di kawasan Jaboi atau Teluk Jaboi
- Makam Tgk Jauboi, di Kawasan Ujong Teungku Kelurahan Iboih
- Makam Tgk Beurawang, di kawasan Kelurahan Berawang
- Makam Tgk Bungong, di Kawasan Kelurahan Keunekai
- Makam Tgk Mangeota, di Kawasan Kelurahan Batee Shok
- Makam Tgk Ie Masen, di Kawasan Kampung Haji (KBT)
- Makam Tgk Seuke Pulot Pandan, di kawasan Tapak Gajah Kota Atas
- Makam Tgk Ie Meulee, di Kawasan Jurong Keramat
- Makam Tgk Taupit Bieudok, di kawasan Ujong Karang
- Makam Tgk Ujoung Meutigo, di Kawasan Tanah Hitam (Anoi Itam)
- Makam Tgk Ujoung Seukee, di kawasan Ujung Seuke Kelurahan Balohan
- Makam Tgk Anoui Raya, di Kawasan Gunung Anoi Raya
- Makam Umi Cut Pouriah/Poriah, di kawasan Pasie Kelurahan Pria Laut
- Makam Tgk Siukudooe, di Kawasan Ujong Sikudoe
- Makam Tgk Ujoung Mueruong, di Kawasan Ujoeng Muroeng
- Makam Tgk Ujong Ba’u, di Kawasan Ujoeng Ba’u / Dekat Pos Radar AU
- Makam Umi Siti Rubiah, di Kawasan Pulau Rubiah
- Makam Umi Cut Keumala, di Kawasan Air Terjun Kelurahan Pria Laut
- Makam Umi Cut Kumairah Dewi, di Kawasan Air Terjun Kelurahan Pria Laut
- Makam Tgk Saurong Kreeh, di Kawasan Gunung Sarung Kreeh
- Makam Tgk Peulau Teumpureung/Ba’ue, di Kawasan Pulau Rondo
- Makam Tgk Hananan, di Kawasan Teupin Layeu
- Makam Tgk Yunus, di Kawasan Aneuk Laot
- Makam Umi Khatijah, di Kawasan Aneuk Laot (Istri Tgk Yunus)
- Makam Tgk Zulkarnain, di Kawasan Gunung Labu
- Makam Tgk Usman, di Kawasan Gunung Labu
- Makam Tgk Abdul Wahab, di Kawasan Gunung Labu
- Makam Umi Siti Mariah, di Kawasan Ujung Asam Kota Barat
- Makam Tgk Keuroung Raya, di Kawasan Krueng Raya
- Makam Tgk Cot Ba’u, di Kawasan Cot Ba’u
- Makam Tgk Said Husein Sempos, di Kawasan Kebun Merica, Kota Bawah Barat
- Makam Umi Kalsum, di Kawasan Ujong Murong (istri Tgk Ilyas)
- Makam Umi Mangeota, di Kawasan Kelurahan Batee Shok
ACARA TAHUNAN
Keelokan alam Sabang bisa jadi tidak mendunia seperti hari ini tanpa adanya promosi. Salah satu strategi promosi Sabang untuk menarik minat wisatawan adalah dengan menggelar acara-acara pariwisata yang mengangkat kearifan lokal dan potensi alam setempat. Acara yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sabang, Aceh beserta seluruh mitra kerjanya cukup bervariasi, dari mulai yang berskala regional hingga internasional serta yang per-event maupun yang tahunan (annual). Agenda acara pariwisata Sabang akan terus update dari tahun ke tahun, untuk itu sobat perlu terus stay up to date di portal resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sabang atau Disbudpar Aceh, Facebook Generasi Pesona Indonesia Aceh (Genpi Aceh) ataupun portal resmi Kementrian Pariwisata. Dengan demikian saya tidak akan mendetailkan acaranya satu-persatu sob, namun sebagai gambaran singkat agenda acaranya sobat bisa lihat pada poster berikut.
INFO TRANSPORTASI
Nah, setelah ngiler dirayu oleh keelokan Sabang, sekarang mungkin sobat jadi ingin buru-buru melihat aslinya Sabang bukan?. Kalau begitu sebelum benar-benar melancong ke Sabang, ‘persenjatai’ dulu rencana wisata sobat dengan informasi transportasi dan rute perjalanan menuju ke Sabang.
Dari penjuru manapun sobat datang melalui perjalanan darat, sobat akan estafet perjalanan kapal melalui Pebuhan Ulee Lheue Banda Aceh. So, hal yang pertama harus sobat tuju adalah pelabuhan Ulee Lheue ini, tak ada pilihan lain!. Bagi yang membawa kendaraan pribadi baik motor ataupun mobil, menuju pelabuhan ini gak ribet kok sob, asalkan sobat sudah di kota Banda Aceh, banyak rambu pentunjuk arah hampir di setiap persimpangan yang akan memandu sobat menuju pelabuhan, jadi jangan khawatir nyasar. Namun disini saya hanya akan memandu sobat yang Backpackeran dari poin keberangkatan yang umum saja.
Menuju Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh
Bagi sobat yang menggunakan perjalanan pesawat dan landing di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM). Sobat bisa langsung menuju halte Bus Trans Koetaradja yang ada di depan kiri pagar Bandara dan menumpang bus Trans Koetaradja sampai Masjid Raya Baiturrahman lalu transit ke bus Trans Koetaradja selanjutnya yang menuju Pelabuhan Ulee Lheue. Bis Trans Koetaradja akan berhenti langsung di dalam pelabuhan Ulee Lheue.
Tak hanya dari bandara, jika sobat backpacker berangkat dari Terminal Tipe-A Batoh Banda Aceh atau titik keberangkatan lain seputar Banda Aceh yang dilalui bus Trans Koetaradja maka tak perlu repot lagi mencari angkutan umum untuk menuju pelabuhan, sobat hanya perlu menunggu di halte untuk menumpang bus Trans Koetaradja menuju ke Ulee Lheue. Semua bus akan melakukan checking dan transit/ estafet di halte Masjid Raya Baiturrahman. Selengkapnya sobat dapat cek di peta rute bus Trans Koetaradja berikut.
Hingga tulisan ini diterbitkan (10/2017), menumpang bus Trans Koetaradja ini tidak dipungut biaya sob – alias gratis, namun perlu di catat bahwa bus ini hanya beroprasi dari jam 7.00 sampai jam 18.00 setiap harinya. Namun jika sobat backpacker tiba di Banda Aceh pada malam hari dan ingin segera menuju pelabuhan maka sobat bisa menggunakan ‘becak motor’ atau ojek dengan biaya tergantung darimana sobat berangkat, semisal dari Bandara SIM bayarnya sekitar Rp.25.000 sampai Rp.30.000. Kabar gembiranya bagi sobat yang netizen adalah di Banda Aceh juga sudah ada jasa ojek on-line sob, silahkan sobat tinggal buka saja aplikasi ‘si ijo’ dan nikmati kemudahan perjalanannya…hehe.
Menuju Ke Pelabuhan Balohan Sabang
Catet ya sob…! TIDAK ADA pelayaran malam untuk penyeberangan Ulee Lheue-Balohan maupun sebaliknya, maka pastikan tiba di pelabuhan Ulee Lheue pada pagi hari selambat lambatnya jam 9. Nah, berikut ini rangkuman jadwal pelayaran Ulee Lheue Banda Aceh – Balohan Sabang dan sebaliknya: (Update: Oktober 2017)
Note:
- Currency dalam Rp. (rupiah)
- Jadwal dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya sesuai dengan kondisi cuaca, kondisi di pelabuhan, kondisi armada kapal, peak season maupun kondisi darurat.
Seperti yang saya ceritakan di awal, pelabuhan Ulee Lheue bisa mendadak sangat penuh saat liburan panjang, demikian pula dengan pelabuhan Balohan pada arus balik liburannya. Jadi khusus bagi sobat yang membawa kendaraan pribadi, pada momen ini kemungkinan besar sobat bisa terjebak seharian mengantri masuk ke kapal, itupun masih belum dijamin bisa masuk kapal, itu baru nasibnya motor sob… bagaimana dengan mobil pribadi atau bus!… bisa terjebak hingga 3 hari hanya untuk masuk kapal. Maklum… armada kapalnya tak sebanyak di penyebrangan Merak-Bakauheni ataupun Ketapang-Gilimanuk ditambah lagi batas operasional pelayarannya yang hanya sampai sore hari.
Jadi saran saya kalau sobat memang punya waktunya 1-3 hari saja untuk liburan ke Sabang dan kebetulan jatuh pada momen libur panjang, maka lebih baik backpakeran saja dan menyewa motor/ mobil saat di Sabang. Karena pejalan kaki selalu menjadi prioritas utama, jadi otomatis selalu kabagian masuk kapal seramai apapun pelabuhan. Juga, biaya yang sobat habiskan tidak terjauh jauh berbeda dibandingkan jika sobat bawa motor sendiri, apalagi jika sobat pergi bersama teman, maka biaya sewa motorpun jadi lebih ringan karena sokongan… kan satu motor bisa untuk 2 orang tanpa biaya tambahan. Demikian halnya dengan merental mobil.
Menuju tempat-tempat wisata Sabang
Tak perlu saya bahas lagi jika sobat sudah sampai di Sabang bersama kendaraan pribadinya, sobat tinggal pegang peta dan langsung menuju lokasi wisata. Namun bagi sobat yang tidak membawa kendaraan atau backpackeran maka sobat tetap harus berkendara jika ingin bisa menjelajah wisata di pulau Weh, dan solusinya adalah merental motor/ mobil di Sabang. Sebenarnya terdapat banyak jasa rental/ motor setiba di pelabuhan Balohan Sabang, sobat hanya perlu bertanya dan negosiasi saja.
Menurut Portal resmi Disparbud Kota Sabang, Banyak nama yang dapat dibuhubungi bila wisatawan memerlukan mobil rental di Sabang, pemesanan biasanya disesuaikan dengan jumlah penumpang mobil, untuk harga dapat dinegosiasi sendiri karena sangat tergantung lama pemakaian mobil, peak season dan lain sebagainya, lebih jelasnya sobat dapat menghubungi Perkumpulan Mobil dan Motor Rental Sabang (Permosa) dengan nomor HP 082363010001 atau 081360266515.
Adapun travel dan rental yang direkomendasikan oleh oleh Disparbud Kota Sabang:
- Gadeng Wisata 0852 6070 3020
- Arhazfem Tour & Travel Agency 0813 2506 0117
- Bie Tour & Travel 0852 9712 9870
- Sabang Pesona Travel 0813 6041 1154
- Sabang Halal Travel 0852 9615 1108
- Rabel Tour & Travel 0852 7717 0888
- Harley Travel 081360266515
- Kana Taxi Sabang 085260646469
Bagi sobat yang tidak mau repot-repot berkendara atau nyetir sendiri sobat juga bisa memanfaatkan jasa driver yang disediakan oleh tiap agen travel atau penyewaan mobil/ motor diatas. Dapat pula memanfaatkan jasa angkutan kota seperti becak motor, L300 atau jenis Mobil kijang yang tersedia pada saat turun kapal di Balohan Sabang. Ongkos antar penumpang ke Kota Rp.20.000/ orang. Sedangkan menuju ke Iboih atau tempat wisata lainnya, sobat bisa negosiasi terlebih dahulu.
Sebelum sobat pergi ke Sabang, sebenarnya sobat juga bisa terlebih dahulu mengecek info ketersedian motor/ mobil rental, negosiasi dan melakukan booking via website-website wisata Sabang yang banyak bertebaran di internet dan facebook. Jadi ketika sobat tiba di Sabang, tidak perlu lagi repot-repot lagi cari rentalan. Sobat hanya perlu konfirmasi kedatangan, bayar dan serah terima kunci deh. Contohnya bisa sobat cek pada link berikut:
- Sabang Wisata Rental Mobil & Motor
- Wisata Sabang Rental Mobil & Bus Pariwisata
- Bie Rental Mobil & Motor
INFO PENGINAPAN & HOTEL
Ada buuuaaaaanyak sekali pilihan penginapan di Sabang sob…! dari mulai yang sederhana hingga yang elit. Beberapa diantaranya sudah lengkap dengan jasa sewa peralatan menyelam (terutama yang dekat pantai) dan tempat makan. Nah, karena sangat banyak, untuk reviewnya silahkan sobat hubungi langsung pihak penginapan atau hotel, atau cek lokasi langsung on the spot. Berikut daftar hotel dan penginapan/ homestay yang saya rujuk dari data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sabang:
GAMPONG ANOI ITAM
- Anoitam Resort Kecamatan Sukajaya. 081360022708, 0811613538
- Atifa Home Stay Anoitam-Mata Ie. 081269308333
- Mata Ie Home Stay Anoitam-Mata Ie. 085277277276
- Mars Hotel Anoitam-Balohan. 082160299988
GAMPONG UJOENG KAREUNG
- UKCC Ujueng Kareung-Anoitam. 081375908756
- Tuna Paradise Ujueng Kareung-Anoitam. 081377238370
GAMPONG IE MEULEE
- Guest House Sumur Tiga KH. Agussalim. 085361841112
- The Point Resort KH. Agussalim. 082164835879
- Cassanemo Resort KH. Agussalim. 081362999942
- Monlee Cottage KH. Agussalim. 085277466224
- Hotel Perdana Beach KH. Agussalim. 085262071639
- Rade Inn KH.Agussalim. 08116852333
- Santai Sumur Tiga KH. Agussalim Sumur 3 Ie Meulee. 081360255001. santaisumurtiga@yahoo.com
- Home Stay Ata Loen KH. Agussalim, Depan Pintu Gerbang Pantai Sumur Tiga-Jurong Bahagia-Ie Meulee. 081360077389
- Fitri Home Stay KH. Agussalim, Sumur Tiga-Ie Meulee. 081360007454
- Pondok Tapak Gajah T Nyak Arief-Jurong Keuramat-Ie Meulee. 081269546700, 081360676550
- Pondok Simpang Tiga KH. Agussalim-Ie Meulee. 08137499000
- Fendi Home Stay Tgk. Chik Ditiro No.40-Ie Meulee
- Guest House Tree Wells KH.Agussalim-Jurong Bahagia, Sumur Tiga-Ie Meulee. 085260516386, 08116871233
- ER Home Stay KH. Agussalim, Jurong Bahagia, Sumur Tiga-Ie Meulee. 081377279071
- Home Stay Nya Nyak KH. Agussalim, Jurong Pantai Jaya No.138, Ie Meulee
- Tiga Saudara Home Stay KH. Agussalim, Jurong Bahagia, Sumur Tiga-Ie Meulee. 081360501116
- Sumur Tiga Home Stay KH. Agussalim, Jurong Bahagia, Sumur Tiga-Ie Meulee. 081269272602, 08577181399
- Guest House Sumur Tiga KH. Agussalim. 085361891112
GAMPONG COT BA’U
- Lena Guest House Sabang-Balohan, Bay Pass, Cot Ba’U. 085270003874
- Jata Guest House Sabang-Balohan, Bay Pass, Cot Ba’U. 082364350285
- Pondok Cot Ba’U Maimun Saleh. 085312510200
- Seulanga Hotel Sabang-Balohan, Bay Pass, Cot Ba’U. 081370100588
- Wisma LANUDAL Yossudarso-Bakaran Batu
- Penginapan Martua Jaya Yossudarso-Bakaran Batu. 81377153756
GAMPONG BALOHAN
- Losmen Transit Terminal Balohan, Pelabuhan Balohan. 085277277174
- Losmen Citra Terminal Balohan, Pelabuhan Balohan. 085260418114, 082167093660
- Losmen Riski Terminal Balohan, Pelabuhan Balohan. 082272754555
- Losmen Mentari Terminal Balohan, Pelabuhan Balohan
GAMPONG KUTA ATEUH/ KOTA ATAS
- Hotel Nagoya Inn Cut Mutia No.34. 08126996068
- Angel Guest House Cut Mutia No.32, Kota Atas. 082361114981.
- Daus Home Stay St. Hasanuddin, Jurong Sutedjo, Kota Atas. 085277162545.
- Kartini Home Stay T Umar No.25, Kota Atas. 085370524949
- Penginapan Sarti St.Hasanuddin, Jurong Sutedjo, Kota Atas. 08126947780
- Kenangan Guest House Nyak Adam Kamil No.59, Kota Atas. Email : kenangan.sabang@gmail.com 081263374813
- Guest House Jend. A Yani, Jurong Sutedjo, Kota Atas. 085370524949.
- Wisma Cempaka Ria Raden Saleh No.5, Kota Atas. 081260384168
- Fago Home Stay Letjen S Parman No.2, Kota Atas. 081377063609
- Hotel Putra Salju T Umar No.16. 082272515400
- Sabang Guest House T Umar. 08126906520.
- Graha Indah Sindoro Hostel Sabang Nyak Adam Kamil, Jurong Sutedjo, Kota Atas. 085260284366, email: iwl78@yahoo.com
- Bunda Cut Home Stay St.Hasanuddin, Jurong M Nur Hasan, Kota Atas. 082362413838.
- Wisma Zahira T Umar. 08126951415
- Penginapan Firdaus Cut Mutia
- Losmen Rizky Jend. A Yani. 0652-21575, 085277459448
- Dirgantara Guest House Diponegoro. 085370209184
- Pantai Kasih Guest House St. Hasanuddin. 081377347444.
- Rain Guest House Letjend R Soeprapto No.8 Kota Atas
- Hotel Montana O Surapati. 082365315898
- Madani Guest House O Surapati No.12 Kuta Ateuh. 08116802442, 085260021678
- Penginapan Baroqah T Chik Ditiro. 0852708038.
- Penginapan Fardiah St. Hasanuddin 085270123101
- Wisata Home Stay S Parman. Komp. KP4BS. 08116855579
- Mutiara Home Stay Jend. A Yani, Kota Atas. 085206345423
- DY Home Stay Prof. M Yamin No.1. 081362965810, 085260165465
- Mess HANAFIAH Yossudarso. 081370276834
- Mess LANUDAL Yossudarso. 082232884040
GAMPONG KUTA BAWAH BARAT
- Sisca Guest House Malahayati, Kuta Bawah Barat. 085361661342
- Hotel Citra T Umar No.15. 082167093660, 0652-22640
- Hotel Kartika T Umar No.16. 0652-22168
- PUM Losmen T Umar 082277904358.
- Losmen Sabang Merauke T Umar No.1. 08127711566.
- Hotel Holiday Sabang Perdagangan. 0652-21131
- Hotel Pulau Jaya T Umar. 0652-21344
- Sabang Hill Hotel Sultan Iskandar Muda, Kuta Bawah Barat. 081262065766, 0652-21999
- Penginapan Sabang Pesona Perdagangan 081298290000
- Home Stay L-Green Malahayati, Kuta Bawah Barat. 082112054064.
- Wisma Sedjiwa Perdagangan 081360541959.
- Losmen Calok Malahayati, Kuta Bawah Barat. 085277808005
GAMPONG KUTA BAWAH TIMUR
- Wisma Wisata Prof A Majid Ibrahim. 085262643930.
- Hiu Kencana Prof A Majid Ibrahim. 081377476714.
- Hawza Home Stay Prof. A Majid Ibrahim. 085277602666, 085227471676
- Penginapan ABADI Prof. A Majid Ibrahim
- Wisma Sabang Jaya Cut Nyak Dhin. 081375323031, 082164487664
- Wisma AIRUD Perdagangan. 085277335512
GAMPONG IBOIH
- Mama Jungle Pantai Gapang-Iboih
- Paman Bungalow Pantai Gapang-Iboih
- Fika Bungalow Pantai Gapang- Iboih
- Gapang Jaya Bungalow Pantai Gapang-Iboih
- Lumba-lumba Resort Pantai Gapang-Iboih
- Dang-dang Na Bungalow Pantai Gapang-Iboih
- Gapang Resort Pantai Gapang-Iboih
- AGHA Sabang-Iboih (Simpang Gapang)
- Bukit Gapang Sabang-Iboih
- The Pade Resort Lueng Angeen
- Tien Pele’s Place Iboih-KM 0
- Tree Top
- Paya Dua Guest House Pantai Paya Dua Teupin Layeue
- Star Bungalow Pantai Teupin Layeu, Iboih
- Pak Har Bungalow Pantai Teupin Layeu, Iboih
- Rina Bungalow Pantai Teupin Layeu, Iboih
- Arpen Bungalow Pantai Teupin Layeu, Iboih
- Master Bungalow Pantai Teupin Layeu, Iboih
- Bunda Bungalow Pantai Teupin Layeu, Iboih
- Jelita Bungalow Pantai Teupin Layeu, Iboih
- Rahmat Bungalow Pantai Teupin Layeu, Iboih
- Siti Rubiah Bungalow Pantai Teupin Layeu, Iboih
- Babah Alue Pantai Teupin Layeu, Iboih
- Sinar SukmaBungalow Pantai Teupin Layeu, Iboih
- Yossela Bungalow Pantai Teupin Layeu, Iboih
- Fina Bungalow Pantai Teupin Layeu, Iboih
- Fina Bungalow2 +6281370236622/+6285370299591 Email : fina2bungalow@gmail.com Iboih
- Dodent Resort Pantai Teupin Seureukuy
- Green House Pantai Teupin Seureukuy
- BeanResort Pantai Teupin Seureukuy
- Olala Bungalow Pantai Teupin Seureukuy
- O’Ong Bungalow Pantai Teupin Seureukuy
- Iboih Inn Bungalow Pantai Teupin Seureukuy. 0811841570, 08126991659. email: iboih.inn@gmail.com
- Yunita Bungalow Pantai Teupin Seureukuy
- Julia Dua Bungalow Pantai Teupin Seureukuy
- Stone Park Lhok Iboih
- Pulau Weh Resort Teupin Reudeueb
- Kincir Land Bungalow Teupin Reudeueb
- Apollo Bungalow Teupin Reudeueb
- Panorama Seulako Teupin Reudeueb
- Stephen Sea Sport Teupin Reudeueb
Semua destinasi wisata, penginapan dan transportasi Sabang dapat sobat peroleh dengan Paket Wisata lewat agen-agen travel maupun pergi secara independent. Yang pasti sebelum berangkat perbekali dulu rencana sobat dengan informasi wisata yang sobat perlukan saat di Sabang, agar tidak kecolongan waktu, biaya dan tenaga, acak-acakan deh pokoknya, terlebih jika sobat adalah wisatawan luar provinsi yang punya waktu liburan sangat singkat. Lebih lega lagi jika sobat sudah punya teman atau saudara di Sabang yang siap memandu sobat.
Dan satu lagi sob, hingga hari ini saya masih melihat segelintir (bisa jadi banyak) wisatawan yang tidak peduli dengan kebersihah, sekalipun dikawasan wisatanya sudah jelas-jelas terpampang papan peringatan ‘dilarang membuang sampah sembarangan’, ‘denda bagi yang menyampah’ dan lain sebagainya. Pulau secantik itu – baik darat dan lautnya – masih juga dikotori dengan sampah-sampah sisa konsumsi wisatawan yang tidak bertanggung jawab. Memang yang buang sampah CUMA SATU ORANG sih sob, tapi lihat BERAPA RIBU ORANG yang ikut-ikutan nyampah, dan jika sampah tersebut dikumpulkan jadi satu, kebayang kan sebesar apa gunungan sampah yang akan terbentuk?!. Yang paling parah ada orang tua yang mempraktekkan buang sampah sembarangan tepat di depan anak-anak dan keluarganya. Pertnyaannya…!!! jika orang tuanya saja berbuat demikian pada lingkungan yang asri, kira-kira dimasa yang akan datang bakal dicontoh gak sama anaknya tadi??… Silahkan renungkan sendiri. Hal ini tentunya sangat miris, menjengkelkan, menyedihkan, tidak bermoral dan merusak pemandangan. Siapapun anda dan dimanapun tempat wisatanya, pasti tidak akan pernah membenarkan/ setuju dengan perbuatan seperti ini.
Memang masalahnya sederhana sob, namun dampaknya bagi lingkungan bukan main parah dan besarnya. Kebiasaan buruk ini juga sederhana, namun susahnya setengah mati untuk merubah perilaku demikian. Nah, maka dalam kesempatan ini penulis juga sekaligus ingin mengajak sobat untuk turut berpartisipasi menjaga kebersihan dan keindahan alam Sabang dengan (seminimal-minimalnya) tidak membuang sampah sembarangan. Mari sama-sama wujudkan Sabang yang Mahsyur nan Permai. Buktikan cinta dan kekaguman kita dengan tidak mengotori Sabang dengan sampah, onar, dan maksiat. I LOVE SABANG !!!.
Salam Lestari
Salam Pesona Indonesia
Salam Magnificent Indonesia
Semoga Bermanfaat ♥ ♥ ♥
——————————————————————————————————–
Credit:
parbud.sabangkota.go.id KSPN Sabang Aceh
disbudpar.acehprov.go.id dishub.acehprov.go.id GenPi Aceh
acehtourism.travel kemenpar.go.id pulauwehaceh.com
wisatasabang.com wisatapulausabang.com sabangwisata.com
Photo Contributors:
Nando Kak Salmi Kak Eci Kimahaulussy Zahratur Rahmi